Masih ingatkah kalian saat-saat
pertama kali lulus dari SMA. Saat status siswa sudah selesai ditunaikan. Saat
ujian-ujian sekolah yang mendebarkan sudah menemui hasilnya. Masih ingat?
Bagaimana rasanya? Pasti senang sekali ya? Atau malah sedih? Senang karena
karena kita tak lagi disebut ‘anak sekolahan’, senang karena lulus ujian. Sedih.
Karena berpisah dengan teman-teman SMA yang ceria, sedih berpisah dengan
guru-guru. Bukankah setiap pertemuan pasti ada perpisahan?
Setelah menjadi mahasiswa. Belajar
menyesuaikan dengan iklim belajar yang berbeda dari sebelumnya. Berniat menjadi
mahasiswa yang baik. Belajar sungguh-sungguh. IP bagus dan orang tua bangga. Sebuah
cita-cita yang sungguh mulia. Di perjalanannya mahasiswa mulai mengenal banyak
budaya. Lingkungan yang berbeda. Multikultural Environment. Seorang
mahasiswa akan mulai menoleh ke kanan da ke kiri. Memilih organisasi mahasiswa
yang sesuai dengan minat, bakat dan pemikirannya.
Sebagian mahasiswa, menganggap
organisasi mahasiswa hanyalah sebagai hiasan masa kuliah. Mendaftar,
ikut pembekalan, dan kemudian menghilang. Jika ditanya Kamu ikut organisasi
apa? Dengan bangga ia menyebutkan sederet organisasi yang ia masuki.
Aktivis jenis ini adalah aktivis yang masuk daftar seleksi alam organisasi.
Bagi aktivis yang memang
organisatoris sejati. Ia akan menggaap organisasi kuliahnya bukan hanya hiasan
namun menu utama. Bukankah lebih banyak waktu luang daripada waktu kuliah?
Waktu ini ia manfaatkan untuk berorganisasi. Mendaftar mengikuti pembekalan
lalu berproses di dalamnya. Berkomitmen untuk memproses dirinya, mengembangkan
potensinya menjadi anggota atau kader yang baik. Tak hanya sebagai ‘anggota struktural’
yang namanya tercantum dalam ‘susunan kepengurusan’ namun juga ‘anggota
kultural’ yang bekerja untuk mengembangkan potensinya dan
mengembangkan organisasinya.
Banyak juga teman-teman aktivis yang
terlalu cinta pada organisasinya. Hingga ia lupa tujuan utamanya
menjadi
mahasiswa. Awalnya ia dikirim ke kampus oleh orang tuanya untuk belajar
namun cintanya
pada organsasi telah membutakan matanya. Saya akui organisasi memang
memberikan peran besar terhadap perkembangan pemikiran, keilmuan dan
kemampuan bersosialisasi.
Karena dalam organisasi, kita mengenal banyak mahasiswa dari berbagai jurusan, kultur dan pemikiran. Di organisasi pula kita menemukan orang-orang yang bisa kita sebut 'keluarga' di perantauan ini. Terkadang asyik berorganisasi, lupa dengan tugas kuliah, jadwal kuliah, bahkan ujian pun tak diikuti. Sudah bisa dipastikan aktivis jenis ini akan lebih lama tinggal di kampusnya.
Karena dalam organisasi, kita mengenal banyak mahasiswa dari berbagai jurusan, kultur dan pemikiran. Di organisasi pula kita menemukan orang-orang yang bisa kita sebut 'keluarga' di perantauan ini. Terkadang asyik berorganisasi, lupa dengan tugas kuliah, jadwal kuliah, bahkan ujian pun tak diikuti. Sudah bisa dipastikan aktivis jenis ini akan lebih lama tinggal di kampusnya.
Lalu bagaimana menjadi aktivis? Aktivis
yang manis? Idealnya aktivis itu adalah mereka yang mau berproses di
organisasinya. Tak hanya nampang sebagai anggota struktural semata namun juga
menghidupinya. Selain itu ia juga tak lupa dengan tujuan utamanya menjadi
mahasiswa. Belajar di ranah keilmuan yang dipilihnya. Ia pun tak lupa
kewajibannya pada Tuhannya, tetap menjaga sholatnya meskipun aktivitas di
kampus dan organisasi menyita waktunya.
Ah kamu terlalu
idealis Za, Mungkin ada
diantara teman-teman yang membatin begitu. Ya idealis memang. Itu idealnya. Namun
nyatanya menjadi aktivis mahasiswa yang manis tak semudah menuangkan coklat manis
diatas selembar roti tawar. Butuh konsistensi dan keistiqomahan tingkat dewa
untuk bisa mencapainya. Bisakah? Bisa. Tak sedikit aktivis mahasiswa
yang meskipun organisasinya sederet, aktivitasnya bejibun namun kuliahnya tetap
memuaskan. Dia bisa, kenapa kamu tidak?
Bagaimana menjadi aktivis yang
manis? Pertama, tetap fokus pada tujuan utamamu. Belajar. Jalani kewajibanmu
itu dengan semestinya, Kedua Jadilah aktivis yang menghidupi. Ketiga,
atur waktu sebaik-baiknya. Waktu ada 24 jam. Jika diatur seefisien mungkin kamu
akan bisa berorganisasi sekaligus menyelesaikan semua tugas kuliahmu. Mengatur
waktu. Ditulis gampang, dibicarakan gampang, tapi dilakukan susah Za, Belajarlah.
Belajar menjadi manger bagi dirimu sendiri. Waktumu adalah milikmu. Keempat,
Jangan malas dan jangan banyak alasan. Inilah penyakit paling akut pada
mahasiswa.Malas dan alasanmu akan menyebabkan tugas organisasi dan
kuliahmu menumpuk. Akhirnya, saat semua menuntut adanya dirimu, kamu memilih
mengalahkan salah satu. Kasihan kan?
Ketika kamu sudah mendaftar menjadi
aktivis sebuah organisasi, maka kamu sudah bersiap diri untuh hidup di
dalamnya, memberi harapan padanya untuk mengembangkan dan menghidupinya, lalu
ketika tiba-tiba kamu menghilang dan hanya memilih menjadi anggota structural
saja. Dan ketika orang bertanya padamu tentang apa organisasimu? Dengan
bangga kamu menyebutnya namanya. Bukankah itu memalukan? Wallahu’alam
Yuk belajar menjadi aktivis yang
manis ^_^
Rizza
Nasir
Tidak ada komentar:
Posting Komentar