Jumat, 04 Juli 2014

Ramadhan Sang Wasit



Jika merunut pengalaman hidup saya sebagai warga Indonesia, baru tahun ini, tahun 2014. Setidaknya dalam kurun waktu 20 tahun ini. Negeri ini punya tiga poin perhatian yang masing-masing amat penting, setidaknya bagi orang-orang yang menganggapnya penting. Pertama, adanya event piala dunia, Kedua, adanya pergantian kepala negara yang ditandai dengan pemilihan presiden secara langsung, Ketiga, bulan Ramadhan. Ketiga poin tersebut memiliki magnet tersendiri untuk penduduk negeri ini. Indonesia.

Piala dunia, sebuah event empat tahunan yang menyuguhkan pertandingan sepak bola antar negara dari seluruh dunia. Piala dunia 2014 ini dilaksanakan di Brazil. Meski Indonesia bukanlah salah satu negara peserta piala dunia, tapi event ini telah berhasil menyedot perhatian penduduk dari segala lapisan, mulai dari petani sampai politisi, mulai dari masyarakt pedesaan hingga perkotaan, mulai dari pemuda belia, hingga bapak-bapak setengah tua, semuanya begitu menggemari event ini. Tak hanya kaum lelaki, perempuan pun banyak juga yang menggandrungi.

Jadwal-jadwal main tim favorit dihapalkan, jam berapa? Siapa lawan siapa? Pemain yang diturunkan siapa? Semuanya begitu detail diamati, karena bagi penggila bola hal ini penting sekali. Rela bangun dini hari demi melihat tim kesayangan berjuang, janjian nobar di tempat-tempat tertentu agar nonton bola lebih seru, aneka camilan disiapkan, tak lupa secangkir kopi. Benar-benar paket yang lengkap sekali. Luar biasa pengaruh piala dunia pada geliat negeri ini. Esok harinya, banyak orang yang membicarakan permainan semalam, ada yang bahagia karena tim kesayangannya lolos babak selanjutnya, ada pula yang kecewa karena permainan tim kesayangannya harus terhenti malam itu juga.

Pemilihan presiden pun juga tak kalah seru, sejak dua bulan lalu, atau lebih tepatnya sejak diumumkan dua nama, Prabowo Subianto dan Joko Widodo sebagai jago pertarungan kedudukan ini, mulai bermunculan kampanye-kampanye dari tim sukses, media sosial penuh dengan link-link penggembira, baik yang berisi fakta atau hanya kampanye hitam belaka, muncul banyak statement pembelaan, ada juga hujatan. Pemuda dan dewasa mulai menggelar dialog, mengkaji fenomena calon yang ada.


Debat capres-cawapres begitu ditunggu dan diburu, mereka berdua itu bak artis baru, semua mata masyarakat negeri ini tertuju padanya. Banyak yang memuji, juga banyak yang menghujat, banyak yang mendukung banyak pula yang menelikung. Kampanye terbuka diselenggarakan di berbagai kota dengan harapan masyarakat bisa mengenal calon pemimpinnya. Ibu-ibu yang sebelumnya tak begitu tertarik dengan politik, kini mulai mengkajinya, memilah dan memilih siapa yang pas di hatinya.

Banyak relawan menciptakan lagu-lagu semangat untuk pilihannya, video dan gambar  fun campaign juga mulai banyak beredar. Artis dan selebritis mulai merapat, mereka pun tak ketinggalan ikut menyuarakan pilihannya, dengan harapan fansnya mengikuti memilih calon presidennya, Para kyai mulai mengeluarkan keputusannya, mengutus santri dan masyarakat yang taat padanya untuk memilih calon yang dianggapnya paling pas. Bagaimanapun tokoh agama membawa pengaruh besar pada menggelembungnya kotak suara. Tak hanya itu, pendeta, pastur, biksu juga melakukan hal yang sama, semua mulai menentukan pilihannya, mendeklarasikan dukungannya.

Dua event besar tersebut dibarengi dengan datangnya bulan ramadhan, bulan paling mulia bagi umat Islam. Muslim di negara ini mulai berbenah untuk bersiap melaksanakan kewajiban berislam. Bulan ini memang bulannya umat Islam, bukan agama yang lain, tapi setidaknya adanya bulan ini, juga mendatangkan banyak rezeki bagi penduduk Indonesia, baik yang muslim maupun non muslim. Pojik-pojok takjil ada dimana-mana, pasar sore dadakan begitu menjamur di sudut-sudut kota. Bulan ini memang memberikan banyak berkah.

Entah ini kebetulan atau apalah namanya, dua hal fenomenal bagi penduduk negeri ini berbarengan dengan Ramadhan. Mungkin ramadhan akan menjadi wasit bagi dua kubu yang berkompetisi, wasit bagi mereka yang berkampanye hingga menjerit-jerit. Wasit bagi banyak orang yang mulai berseteru karena berbeda pilihan. Ramadhan juga menjadi wasit bagi mereka para penjudi sepak bola, mereka yang bertaruh malam ini akan menang siapa, mereka yang berkata jorok-jorok jika gol meleset, dan mereka yang melalaikan sholat Shubuh karena ketiduran setelah begadang bola.

Sebenarnya Ramadhan bukanlah alibi untuk tiba-tiba orang berbuat baik, atau paling tidak mengerem perbuataannya, toh, tanpa adanya piala dunia dan pemilihan presiden dalam kurun waktu satu bulan ini, Ramadhan akan tetap datang,  karena ia sudah menjadi nash dalam Al-Qur'an. Dua event duniawi itu tentu tidak ada bandingannya sama sekali dengan keutamaan ramadhan. Ramadhan adalah tabungan akhirat, terlalu istimewa untuk dua hal duniawi itu

Melalui tulisan ini, saya ingin mengingatkan pada diri saya sendiri dan pada pembaca yang kebetulan begitu intens mengikuti perkembangan pemilihan presiden dan piala dunia. Jangan sampai karena kita punya pilihan pada salah satu calon, lalu kita menjelekkan calon yang lain. Sungguh, mereka berdua adalah lelaki biasa, yang sedang mencoba mengambil tanggung jawab atas negeri ini, mereka juga terus berusaha menjadi pribadi yang baik dan amanah. Jangan sampai Ramadhan kita mengalami defisit karena perlakuan kita pada musim capres ini. Pun dengan piala dunia, semoga meski terus mengikuti perkembangan di tiap pertandingan tidak melupakan sholat lima waktu, target tilawah Al-Quran. Jika harus begadang, semoga tak melewatkan sholat malam, sahur dan sholat Shubuh. pun jika harus begadang, semoga tak terjebak tidur setelah Shubuh, Allah dan Rasulullah tak menyukainya.

Selamat menikmati kegembiraan ini, kegembiraan politik, kegembiraan piala dunia serta kegembiraan Ramadhan. Semoga dengannya kita tumbuh menjadi pribadi yang berpikiran dewasa, bijak, memiliki hati lapang dan terus berlomba dalam kebaikan. Selamat!

Salam

Rizza Nasir

Kediri, 3 Juli 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar