Adik saya Farid, sejak semalam sebelum ramadhan tiba, sudah berpesan pada seluruh keluarga saya. mulai dari ayah, ibu, saya dan Faisal. Pesannya sama
"Bangunkam aku jam 12 malam ya"
"Mau ngapain?"
"Ya ronda dong, gimana sih" kami pun mafhum, meronda adalah ritual wajib yang diikuti Farid sejak 4 tahun terakhir. Dulu adik tengah saya, Faisal juga melakukan hal yang sama, tapi sejak dia lulus SD dan harus hidup di pondok, dia mengakhiri kebiasaannya meronda bersama teman-temannya. Sekarang kebiasaan itu di'wariskan' pada Farid. Masih sama, "bangunkan aku pukul 12 malam"
Di tempat tinggal saya, tepatnya Dukuh Bendo, Dusun Sagi, Desa Jarak, Kabupaten Kediri anak-anak lelaki mulai ikut meronda, setahu saya yang paling kecil usia 9 tahun, sudah mulai ikut-ikutan ronda malam. Membangunkan para penduduk sahur. Saya tidak tahu, kenapa adik-adik saya, Faisal dan Farid, selalu minta dibangunkan pukul 12 malam, untuk mengikuti ronda, padahal jeda antara pukul 12 malam dengan pukul 3 pagi waktu sahur masih tiga jam lagi. Mungkin itu sudah menjadi kebiasaan atau ada semacam perjanjian diantara kelompok itu.
Sepertinya, masing-masing masjid di desa saya memiliki personil ronda sendiri-sendiri, tiap mereka terdiri dari 5-10 orang. Jika dihitung-hitung ke seluruhan, jika di desa saya ada sekitar 60 masjid dan mushala, berarti ada 300 pemuda, jika tiap masjid dan mushala memiliki 5 orang peronda. Banyak juga ya. Saya cukup apresiasif dengan mereka ini, bagaimanapun juga mereka merelakan tidur malamnya, bangun lebih awal untuk mempersiapkan diri meronda.
"Kamu ngapain ke masjid jam 12, kan sahurnya masih jam 3?"
"Ya, emang janjiannya gitu, nanti ada waktu jam 12 sampai jam 2 buat latihan musik sama giliran tidur, kalau nggak bisa tidur ya cerita-cerita"
"Oh begitu ya, cerita apa?" aku makin penasaran
"Ya banyak lah, soal layangan, soal sekolah, soal pengalaman, nyanui-nyanyi, guyon, macem-macem deh" itu kata adik saya Farid
Ya Rabb, ternyata selain mengorbankan waktu tidurnya, juga banyak hal yang mereka lakukan sebelum mereka mulai meronda. Semoga saja itu bisa memberikan dampak positif untuk mempererat persahabatan pemuda-pemuda tanggung itu. Pernah sekali waktu saya melihat dari jendela rumah -kebetulan rumah saya berhadapan langsung dengan masjid- adik saya Farid dan teman-temannya duduk-duduk di beranda masjid, ada yang menyerut kerangka layang-layang, ada yang krukupan sarung, ada pula yang memukul-mukul pelan galon kosong dan melantunkan lagu-lagu. Sungguh! Bahagia itu sederhana, mereka anak-anak desa, dengan hal semacam ini pun mereka sudah cukup bahagia, meski malam mendingin dan nyamuk menceramuk, mereka tetap bisa guyon dan bahagia.
Menjelang pukul dua mereka berjalan keliling kampung sambil menabuh alat musik sederhana, mulai dari galon, krempyeng, ecek-ecek dll, sambil meneriakakan kata "Sahuuur sahuurrr!" terus berjalan sambil merapatkan sarung. Dingin ya..
Adik saya baru mengetuk rumah pukul 3 pagi untuk makan sahur, begitu pun teman-temannya. Tak ada yang boleh putus dari rombongan sebellum selesai mengelilingi kampung. Masing-masing tim ada bagiannya, kadang mereka bertemu di ujung jalan dan saling berteriak. Ah.. kata si Farid, bertemu dengan tim lain itu sangat menyenangkan.
Ronda malam saat sahur yang dilakukan anak-anak dan pemuda tanggung, mungkin sudah mulai jarang di kota-kota, atau desa pinggiran, berganti TOA masjid, dengan sekali teriak seluruh penduduk kampung mendengar. Tak perlu bangun lebih awal atau berjalan malam-malam melawan kedinginan. Ronda keliling akhirnya menjadi cerita lama di kota. Cerita tentang cara lama membangunkan sahur, namun bagi anak-anak di desa saya hal ini masih ada. Saya berdoa semoga terus ada. Bagaimanapun juga, hal seperi ini menjalin kedekatan dan silaturahim di antara anak-anak itu. Saling mengingatkan dan membantu jika ada yang kelelahan. Ada tawa dan canda, ada pula cerita-cerita. Meski hal seperti ini cara lama dan amat sederhana, tapi selalu dirindukan tiap malam, dirindukan pula saat ramadhan sudah menghilang. Dirindukan pula oleh lelaki-lelaki yang dulu pernah melakukannya dan kini sudah dewasa.
Apakah di daerahmu ada juga yang seperti desaku? Apakah kamu merindukan masa-masa kebersamaan ronda malam itu? Kebersamaan penuh keceriaan malam-malam, demi membangunkan orang agar mereka memenuhi sunah Rabbnya. Sahur! Semoga akan selalu terkenang!
Salam
Rizza Nasir
Kediri, 4 Juli 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar