Hari ini, 5 Juli. Hari ini mungkin bukan hari yang istimewa
bagi banyak orang. Pun bagiku, meski hari ini adalah hari kelahiranku. Aku
hampir saja melupakannya kalau temanku tak mengingatkannya. Aku baru tahu,
kenapa semalam aku tak bisa tidur. Padahal waktu sudah larut. Barangkali
mengaji adalah cara yang tepat agar ngantuk. Oh tidak, maksudku, kalau sudah
banyak halaman yang kubaca, biasanya mataku akan lelah dan mengantuk. Untuk
itulah semalam aku hanya bisa mengaji, dan memejamkan mataku segera setelah kantuk
tiba, karena aku sudah ingin tidur sejak tadi.
Sebelum tidur, biasanya aku menulis dan di akhir tulisanku,
aku selalu menyertakan dimana aku menulis berikut tanggalnya. Aku menuliskan 4
Juli semalam, harusnya aku sudah ingat sejak semalam ya? Tapi jujur, bagiku
ulang tahun bukanlah hal yang spesial, dari kecil kedua orang tuaku tak pernah
membuat hari kelahiran itu spesial, perayaan ulang tahun? Kalau saja di usia 5
tahun bukanlah beberapa bulan setelah aku bisa berjalan, aku mungkin tak akan
pernah merasakan kue ulang tahun dan meniup lilin. Ya, di usia 5 tahun itulah
perayaan ulang tahun pertamaku, niatnya adalah syukuran karena akhirnya gadis
kecil Pak Nasir itu akhirnya bisa berjalan.
Sedikit curhat juga, kenapa aku kadang lupa dengan tanggal
lahirku. Karena aku lahir di bulan Juli. Ya, bulan Juli. Di bulan ini, tepatnya
tanggal 5, hampir setiap tahunnya selalu bertepatan dengan liburan, Baik
liburan sekolah maupun liburan kuliah. Jadi, tak pernah sekalipun aku merasakan
di kerjain habis-habisan oleh teman-temanku. Kalau biasa yang ulang tahun itu
seringnya dibikin seru dengan di lempari telur, tepung dan bahkan barang
menjijikkan lainnya, alhamdulillah aku tidak pernah mengalaminya. Pun, jika
tinggal di kost, asrama. Biasanya yang ulang tahun itu akan diacak-acak
kamarnya, atau dimusuhi dulu oleh teman-teman, lalu pada akhirnya diberi
kejutan. Alhamdulillah aku tidak pernah mengalaminya. Jujur saja, kadang ingin
juga jadi obyek kegilaan itu, meski itu konyol tapi sepertinya seru dan
terkenang.
Hadiah-hadiah dari teman-teman? Oh... sekali lagi, karena
selalu berulang tahun saat liburan, tak pernah ada satu pun hadiah yang mampir.
Ngarep? Sepertinya bakalan terharu ya mendapatkan kado dari teman yang
diselipkan di tas, atau disembunyikan di bawah meja, di bawah lipatan baju atau
yang lainnya. Sepertinya... Ah, tapi tak apa, setidaknya, dengan teman-teman
tak pernah mengerjai aku. Maka jika aku banyak mengerjai teman- teman yang
berulang tahun, mereka tak akan pernah bisa membalasnya. Hahaha.
Meski aku tak pernah mendapatkan kejutan mengharukan,
berarti Allah menempatkan aku sebagai pemberi, memberi hadiah pada teman-teman
yang ulang tahun. Biarlah mereka yang mengenangku.
Ibu dan ayahku bukan orang yang mengistimewakan ulang tahun,
jadilah aku dan adik-adikku kadang lupa kapan ulang tahun kami. Jika ada satu
orang yang ingat, pasti memberi selamat, lalu salim dan mendoakan. Sudah cukup!
Aku pernah bilang pada ayah
“Ayah, masak aku ulang tahun kita nggak pergi kemana gitu?”
“Ngapain, di rumah saja, banyak-banyaklah berdoa, biar kamu
bisa sukses” Lalu aku pernah merajuk pada ibu “Buk, beliin aku kado boneka”
“Bonekamu kan sudah banyak, udah nggak usah beli lagi,
uangnya di tabung. Kamu nggak lihat itu di tivi, anak-anak jalanan itu, untuk
makan saja susah. Mereka nggak pernah minta kado. Kalau kamu rajin belajar dan
pinter ngaji, pasti Allah kasih kado buat kamu”
Akhirnya, 5 Juli setiap tahunnya, selalu terisi dengan
untaian doa dan kadang-kadang buliran air mata. Doa agar aku bisa diterima di
sekolah A, doa agar aku lolos ujian, doa agar aku bisa kuliah dan doa agar aku
diterima di dunia baruku. Doa-doa yang alhamdulillah kini sudah tergenapi.
Malam ini, di penghujung 5 Juli, aku akan kembali berdoa. Ya Allah, ampuni dosa-dosaku, dosa-dosa
orang tua dan adik-adikku. Berikanlah kesehatan pada ayahku, angkat penyakitnya
dan jadikanlah beliau kuat menjalani hidup ke depan terlebih memenuhi
panggilan-Mu Oktober nanti. Berikanlah kesehatan pula pada ibuku, wanita hebat
yang selalu membuatku kuat. Aku mencintai mereka. Sungguh! Jagalah mereka
untukku dan adikku.
Ya Allah, terima kasih
telah memeluk impianku. Menjadi penulis dan guru, terima kasih atas kesempatan
ke Malaysia itu, juga terima kasih atas wisuda 10 Mei. Allah, aku hanya ingin
ayah dan ibuku melihatku bertoga, karena jika aku lulus bulan Oktober, bisa
dipastikan tak ada mereka di sisiku, itu yang pernah aku pinta.
Alhamdulillah Kau kabulkan semuanya. Allah,
jadikanlah aku kakak yang baik untuk dua adik lelakiku itu, aku hanya ingin
mereka menjadi lelaki Sholih yang bertanggung jawab pada belajarnya. Kini
mereka sudah dewasa Ya Allah. Ayahku sudah lemah, ibuku pun banyak yang harus
diperhatikan dan di selesaikan, Yang kutahu dunia lelaki itu mengerikan dan
banyak godaan, Untuk itu, jagalah adik-adikku tetap di jalan-Mu. Sebagai kakak,
aku hanya ingin melihat mereka tumbuh dewasa dan bahagia, mereka terlalu muda
untuk menerima getir cobaan-Mu selama ini. Kuatkanlah Ya Alalh.
Jika Kau meridhoi, ada
banyak impianku setelah ini. Kau tahu kan? Aku ingin sekali melanjutkan kuliah,
aku yakin bisa mencapainya, meski hari ini aku tak tahu biayanya darimana. Aku
percaya, selalu ada jalan bagi yang mencari dan terus berjalan kan? Mudahkanlah
aku dalam usahaku, agar aku bisa mengumpulkan biaya untuk masterku. Amin.
Allah, sudahkah aku
menjadi maratus sholihah? Tuntunlah aku untuk terus memperbaiki diriku ya.
Bantu aku menjaga kalam itu. Allah, tahun ini usiaku sudah 22 tahun, apakah aku
sudah pantas menikah? Kata orang-orang yang sering bertanya “Rizza kapan
nikah?” aku sudah pantas menikah? Benarkah? Kau tentu lebih tahu kan dari
mereka tentang kepantasan dan kesiapanku? Aku sepenuhnya pasrah padamu Ya
Allah. Tahun ini, tahun depan, tahun depannya lagi? Kalau aku sudah Kau nilai siap menikah,
pertemukanlah aku dengan Mas ya, mudahkanlah prosesnya dan jadikanlah kami
saling mencinta hanya karena-Mu. Aku tidak tahu siapa Mas itu, apakah kami
sudah pernah bertemu? Atau kami baru bertemu nanti?
Aku hanya perempuan
biasa yang jauh dari sempurna Allah, aku pun hanya ingin lelaki sederhana yang
sholih. Bisa mengimami aku sholat, menerima kekuranganku dan tak malu berjalan
di sampingku. Mencintaiku dan kucintai. Ah... Kau tentu lebih tahu yang pas
untukku. Jadi, aku manut pada-Mu
Dua puluh dua, terlalu tua jika disebut remaja, tapi juga
belum tua untuk disebut dewasa. Di sisa umurku, semoga dapat menjadi pribadi
lebih baik lagi. Khoirun Naas Anfa’uhum
Linnaas. Insyaallah. Terima kasih atas hidup yang penuh perjuangan ini
Allah, aku menikmatinya. Terima kasih!
Rizza Nasir
Kediri, 5 Juli 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar