Dekanku itu pernah
menjadi dosenku di semester dua dulu, dekanku itu orang sibuk, sampai-sampai
temanku ada yang tak bisa konsultasi skripsi karena dia selalu tak bisa
dihubungi. Dekanku itu kontroversial, ada mahasiswa yang menghujatnya, ada pula
yang mengamini setiap perkataannya dengan sebenar-benarnya amin. Dekanku itu,
sejak dia jadi dekan, semua keputusan ada ditangannya, tak terkecuali aku,
nasibku.
Hari ini, jam setengah
sepuluh aku sudah duduk manis di ruang tunggu Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan
UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, seperti yang tertulis di sms semalam
Dimohon
datang tepat waktu, tidak boleh telat
Itu sms dari Bu Ulfa,
sms yang dikirim kepada kami peserta PKLI Malaysia, sms yang kami
tunggu-tunggu. Karena aku sudah menunggu hari ini sejak lama, aku datang dengan
semangat empat lima, berharap akan mendapatkan jawaban tentang apa yang selama
ini kupertanyakan, kuragukan.
Pukul sepuluh tepat,
Pak Nur Ali, dekanku datang. Untuk pertama kalinya dalam hidupku, aku datang ke
ruangan dekan dengan undangan, bukan karena keinginanku sebagai mahasiswa
kepada dosennya, tai sebagai tamu undangan kepada tuan rumahnya. Hari ini aku
merasa terhormat. Sungguh.
Pak Nur Ali, bercerita
banyak hal, tentang pemberangkatan kami, tentang lika-liku memperjuangkan
program ini, tentang kehidupan di luar negeri dan sesekali guyon. Baru kutahu,
ternyata beliau tak seseram seperti anggapanku dulu, saat dia masih menjadi
dosenku, saat aku masih mengenal dia sebagai dekanku, yang punya jabatan
tertinggi di fakultasku, siapa yang tidak keder? Ya, dia juga manusia,
setidaknya dengan jabatan yang dia punya dia punya kuasa, dia punya wibawa.
Tentang pemberangkatan
kami, kami akan diberangkatkan akhir Februari dengan kesepakatan bahwa kami tak
perlu ikut PKLI di Indonesia, kami tak perlu menjadi guru praktikan dan
pengabdian masyarakat disini, kami hanya perlu mempersiapkan diri untuk
pemberangkatan dan menyelesaikan skripsi. PKLI Malaysia setara dengan PKLI
Indonesia. Kami hanya perlu memilih salah satunya, atau jika kami mau, kami
boleh ikut dua-duanya. Tapi kesepakatan bersama kemarin, semua jurusan memilih
untuk hanya PKLI di Malaysia dan fokus
menyelesaikan skripsi di masa tunggu.
MIN 1 Malang, bagaimana
dengan impianku itu? Aku ingin mengajar di MIN 1 Malang, setidaknya sebagai
guru praktikan, tapi aku juga ingin menuntaskan tugas akhirku dan memperbaiki
kemampuan speakingku. Dilema.
Keputusan ada di tangan
kami, di tanganku. Ikut atau tidak PKLI di Indonesia? Entahlah, untuk hari ini
sebelah hatiku mantap dengan hanya PKLI di Malaysia tapi sebelah hatiku yang
lain, aku ingin mengajar di MIN 1 Malang, meski kutahu namaku tidak ada pada
daftar PKLI di sekolah manapun disini. Ingin dan mimpi, tak ada salahnya kan?
Pak Dekan, terima kasih sudah mengundangku, terima kasih sudah mendengarkan kata-kataku, terima kasih telah bercerita banyak hal dan terima kasih atas kesempatannya. Akan kucoba
to be continued...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar