Apa kabar Kawan? Sudah nggak capek lagi kan? Terima kasih ya atas ajakan perjalanan dua tahun kemarin. Tahu tidak, bersama kalian semua itu serba pertama....
Untuk pertama kalinya
dalam hidupku, aku pergi dari kamarku di tanggal tiga puluh satu akhir tahun,
tahun-tahun sebelumnya aku hanya di rumah bersama ayah dan ibuku, menonton
acara tahun baru di tivi, dan merapal doa di jam 12 malem, tapi tahun akhir
tahun kemarin ritualku lebih ramai dari biasanya. Karena ada kalian.
Istimewa. Kenapa?
Selain karena bagiku ini yang pertama tapi juga boleh jadi kebersamaan kemarin
itu yang terakhir bagi kita. Karena setelah hari kemarin, kita akan disibukkan
dengan PKLI, skripsi lalu wisuda. Kemarin itu memang the last tapi aku harap bukan the
least ya.
Perjalanan dimulai
pukul 12.00 WIB sampai pukul 16.00, empat jam dan berhenti hanya sekedar ngisi
bensin dan sholat. Empat jam menuju sebuah tempat yang lagi-lagi pertama
bagiku. Bajulmati. Dimana dan seperti apa tempatnya? Aku sama sekali awam. Aku
percaya saja, kalian lebih tahu dan tentu saja tak akan mengecewakanku dengan
kebersamaan ini.
Ada dua kloter
pemberangkatan, kloter pertama Aku, Aril, Najib, Suci, Fitri, Karim. Berangkat lebih
dulu, beriringan, hingga empat jam
kemudian kita sampai di sebuah tempat namanya Sitiarjo dan selanjutnya aku
menemukan tulisan Pantai Bajul Mati dan Pantai Ungapan. Hujan mendera, sejak di
perjalanan tadi sampai ditujuan kini, hujan tak henti.
Bagaimana ini? Ngiyup nangdi? Kata Fitri. Akhirnya ada
pencerahan, munculah nama Kak Izar. Kak
Izar, siapa dia, anak pramuka? Akhirnya kita melanjutkan perjalanan sampai
ke sebuah tempat yang kemudian kutahu namanya yayasan Harapan di Desa
Gajahrejo. Kak Izar yang kukira anggota racana UIN itu ternyata adalah seorang
bapak paruh baya, penyabar kelihatannya.
Baru saja kita sampai,
Kak Bob, begitu Fitri menyebutnya mengajak kami melepas ikan. “Ayo habis ini ikut
kita melepas ikan” Melepas ikan? Dimana? Apa
Bapak ini punya tambak? Setelah
sholat Ashar kalian berlima memakai pelampung, lengkap dengan helmnya, melepas ikan kan? Ngapain pakai pelampung?
“Mbak Rizza, ikut tidak?”
“Kira-kira aku bisa
tidak Fit? Kalau aku bisa, aku pengen ikut”
“Ya sudah ayo”
Fitri membawakan satu
pelampung untukku, motor di jalankan. Desa gajahrejo ini benar-benar desa yang
masih alami, penduduknya masih
jarang-jarang, jalanannya masih bebatuan, sawah-sawah dan berbukit-bukit. Terus
berjalan mengikuti alur jalanan. Sebenarnya
kita itu mau kemana?
Sampailah kita ke
tempat itu, tempat yang kalian bilang sebagai tempat melepas ikan, jalanan
bebatuan terjal besar-besar, yang jika
aku ingin melewatinya maka aku harus mendaki, harus mencari pijakan yang benar,
yang kuat. Aku tak percaya bahwa aku bisa, aku bisa sampai di mulut goa, Goa
Coban, sebuah goa yang dilindungi batu-batuan dan rawa-rawa, dan kita telah
melewatinya, aku telah melewatinya, tentu saja berkat bantuan kalian.
Fitri, thanks ya, sudah mempercayakan aku kalau aku bisa melalui ini semua. Kamu yang meyakinkan aku diawal perjalanan, kamu yang memasangkan pelampung hingga memastikan aku benar-benar nyaman dan aman.
Suci, terima kasih ya
buat gapaiannya, gandengan tangannya, juga pahamu untukku panjat naik, sakit
ya? Maaf ya cus..
Najib, Aril, Karim, thanks banget, kalian mau bantu aku,
estafet jaga aku, cariin pijakan yang benar-benar kuat untuk kakiku, tak
segan-segan menggapai dan menyambut tanganku jika aku butuh pegangan. Aril,
thanks buat sepatumu yang kupakai dan kamu terpaksa nyeker. Najib, kamu juga nyeker
gara-gara itu lebih aman untuk membantu estafet bantuin aku
Kalian berempat yang
mau nyeret aku di air, gara-gara airnya dalam dan aku nggak mungkin bisa
berjalan.
“Tenang
Mbak Rizza, rileks aja”
“Tenang Za, kamu percaya kan sama aku?”
“Sini, tak seretin,
enak kan kamu kalau begini”
“Nanti kamu pasti
lecet-lecet biru-biru lho Za kena batu, nggak papa kan”
“Za, nanti kamu
baliknya masih kuat kan?”
“Mbak nggak nyampai ya,
sini injek aja pahaku”
Kalian, kenapa kalian
diciptakan begitu perhatian? Aku mengenal kalian tiga tahun ini, selama ini
kita selalu sekelas, bahkan Fitri pernah jadi teman sekamarku di mabna Khadijah
dulu. Selama itu pula kalian selalu baik padaku. Di petualangan kita ke Goa
Coban kemarin, aku semakin tahu bahwa kalian benar-benar teman yang diberikan
Allah untuk memberi warna di akhir tahun 2013 yang kupunya. Kalian benar-benar
menjagaku dan tak ingin sedikit pun aku terluka.
Tahukah, jika aku di
rumah, mungkin ayah dan ibuku tak akan pernah membolehkanku mencoba hal
seekstrim itu, aku sendiri mungkin juga tak akan pernah berani, tapi bersama
kalian, aku mencobanya. Kalian yang menguatkan dan membantuku. Memperjuangkan
aku, agar aku sampai di pintu goa dan pulang lagi dengan selamat. Melihat
kalian keluar dari goa dan dengan yakin mengajariku berenang, ramai-ramai
menyemangatiku. “Ayo Za, kamu pasti bisa”
Berangkat dengan
menjagaku bagaimanapun caranya, pulangnya pun kalian masih melakukan hal yang
sama, bahkan lebih ‘gila’. Napas kalian terengah-engah demi aku, aku
mendengarnya. Kalian bergiliran membantuku, aku merasakan genggaman kalian yang
begitu kuat.
Di pematang sawah,
keluar dari zona tantangan itu.
Kalian ramai-ramai mengucapkan selamat padaku.
‘Rizza, selamat, kamu
berhasil!” itu kata Aril
“Mbak Rizza hebat!” itu
kata Fitri dan Suci
“Wah kalau perjuangan
kita tadi di video pasti yang liat mbrebes
mili ya” kata Najib
Jib, kita sudah di
video kok sama Allah, Allah sudah melihat semuanya, melihat perjuangan kita,
perjuangan kalian membantuku sampai ke tujuan dan menjagaku hingga kita pulang.
Yang mbrebes mili itu aku. Di sujud
syukurku malam itu, air mataku luruh, jatuh.
Aku nggak lecet
sedikitpun, mungkin ada biru-biru tapi kalian tentu tahu aku gadis yang kuat
kan? Aku nggak apa-apa. Aku sehat, karena ada kalian aku terjaga. Allah
benar-benar mengirimkan para penjaga yang luar biasa.
Kalian dengan legawanya
mengucap selamat untukku, padahal kalian pun tahu, tanpa ada kalian aku tak
mungkin bisa melewati ini semua, bahkan aku mungkin tak bisa melampaui batu
bahkan satu saja. Selamat buat kalian yang telah sukses menjagaku, sukses
membuatku merasakan tantangan alam seekstrim
itu untuk pertama kalinya bahkan mungkin tak akan pernah terulang lagi.
Selamat, hadiah Allah menanti. Entah apa itu, tapi aku meminta sebuah hadiah
terindah untuk penjagaan kalian atas diriku.
Arum, Rifki, Navis, War’i,
Fifin, Lala, Aris.... kalian kloter kedua. Sayang ya kalian tak ikut petualangan
ini, tapi setidaknya kalian sudah foto-foto di pantai kan? Terima kasih juga
kalian memahamiku, mengerti aku seutuhnya. Kekuranganku, fisik, sifat dan
semuanya. Kalian bisa menerimaku dan mengajarkan aku banyak hal. Bersama
kalian, aku merasa punya kakak. Kakak yang melindungiku dan memahamiku, pun
dengan aku yang kekanak-kanakan ini
Terima kasih banget ya,
buat semuanya. Aku tak bisa membalas apa-apa, hanya sepaket doa, meminta Allah
menyediakan kado untuk kalian. Kalian memang TERBAIK
Salam
RIZZA NASIR
RIZZA NASIR
Tidak ada komentar:
Posting Komentar