Bukan. Aku bukan dokter cinta, yang bisa menyembuhkan segala penyakit yang lahir karena cinta. Bahkan. Cinta itu seperti apa, aku tak tahu. Manisnya jatuh cinta yang kedengarannya berbunga-bunga. Indah. Aku hanya mendengarnya dan membayangkannya tapi belum pernah merasakan manisnya.
Begitu juga dengan sakit hati karena
cinta. Sesakit itukah, pedih ya? Aku hanya bisa bertanya, mengira-ngira tanpa
tahu rasa nyatanya. Ada yang bilang aku beruntung karena tak pernah tersakiti
cinta. Ya. Alhamdulillah. Mendengar semua kisah sakit karena cinta. Aku hanya
bisa berdoa, semoga aku tak pernah merasakannya. Amiin
Bukan, sekali lagi aku bukan dokter
cinta, karena aku belum pernah jatuh cinta. Tapi aku hanya heran, kenapa ya
banyak sekali teman yang meminta solusi cintanya padaku. Tak hanya satu dua
teman, banyak. Sering aku bertanya pada diriku sendiri.. Apa mereka tak salah
orang?
Obat yang kuberikan pada mereka
hanyalah nasehat, pengertian dan penyelesaian berdasarkan kisah yang pernah
kudengar dari teman lainnya. Itu saja. Karena aku hanya pendengar kisah,
makanya solusi yang kuberikan adalah dari apa yang kudengar kulihat, kubaca.
“Ah, kata siapa, aku justru seperti
kamu Za”
Cinta. Seperti apa ya rasanya? Manis
seperti lolipop, atau lumer nikmat seperti coklat. Aku tak tahu. Kadang aku
malu. Aku memberi nasehat, memberi solusi, berbagi kegundahan hati, tapi aku
sendiri belum pernah mencicipi rasanya. Hanya mengira-ngira.
Usiaku menginjak 21 tahun ini. Usia
yang tak lagi remaja untuk merasakan cinta. Jangan berpikir aku lesbi, tidak!!!
aku normal. Aku sama seperti kalian,
ingin berdampingan dengan lelaki, membentuk rumah sakinah suatu hari nanti.
Selama ini, aku hanya biasa saja pada lelaki, kalau aku tahu dia baik. Maka dia
baik dimataku. Kalau dia buruk. Maka dia buruk dimataku Itu saja. Hanya sebatas
itu.
Bersyukurlah
Za, memang seharusnya begitu. Kata
seseorang padaku. Mereka yang mencinta itu memiliki semuanya dan aku merasa tak
memiliki apa yang mereka miliki. Ditambah semua kisah –kisah yang diuraikan
kepadaku. Lalu apakah aku masih berani mencoba cinta?
Sudah saatnya
kamu membuka hati Nduk, jangan
takut, kata ibuku. Aku sering berkata pada ibu. Bu, mungkin aku hanya jatuh
cinta pada suamiku nanti. Mencintai lelaki yang mencintaiku, yang mengambil
tanggung jawab atas diriku dari ayah. Insyaallah aku akan belajar mencintai,
belajar mencintai jodohku, bukankah begitu seharusnya? Dan ibuku hanya
menggangguk. Tersenyum.
Aku memang bukan dokter cinta, tapi
terima kasih sudah mempercayaiku atas semua kisah-kisah yang kalian uraikan.
Aku akan terus berusaha mengerti, memahami dan mendengarkan, bukan aku yang
menyelesaikan tapi kita. Mari kita diskusikan penyelesaiannya. Berbagilah
denganku.
Cinta. Kapan ya
aku betenu kamu?. Jangan sekarang ya, nanti saja setelah ijab kabul, Insyaallah
^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar