Ayah baru sakit, dirawat di bhayangkara 8 hari. Tekanan
darahnya 200 saat masuk. Terkena stroke. Selama delapan hari itu pula aku tidur
di rumah sakit, bareng ibu dan dua adik laki-lakiku. Faisal dan Farid. Kala
pagi maka tinggal aku, karena ibu harus ke balai desa dan adikku harus sekolah.
Maka jadilah bulekku yang menemaniku. Hanya berdua.
Allah, sehatkan ayah dan ibuku, hingga mereka bisa terus membersamaiku dan adikku. Melihat impian mereka terjadi padaku. Melihat aku bertoga, melihatku bersanding dengan belahan jiwaku dan mengendong penerusnya. Anak-anakku. Kabulkan Ya Allah. Amiin
Aku takut kehilangan ayah. Aku belum bisa hidup tanpa ayah. Malam saat aku diberi tahu bahwa ayah di rawat
tangisku tak terbendung. Aku di Malang sementara ayah di Kediri sedang di
rawat. Aku takut. Aku takut ayah sakit parah. Bayang-bayang Pak Puh Har yang
pergi membayang. Bagaimana jika itu terjadi padaku?
Putra-putri Pak Puh sudah dewasa. Sudah mandiri secara finansial dan emosi. Bagaimana denganku?
Aku dan adiku masi sangat butuh ayah untuk membimbing kami. Kami butuh ayah…
Putra-putri Pak Puh sudah dewasa. Sudah mandiri secara finansial dan emosi. Bagaimana denganku?
Aku dan adiku masi sangat butuh ayah untuk membimbing kami. Kami butuh ayah…
Alhamdulillah aku dekat dengan kedua orang tuaku, karena
memang akulah anak tertua, mereka biasa berbagi cerita apa saja. Adikku masih
terlalu labil jika harus diajak bicara serius. Selama ayah sakit mereka
berdualah yang mengurus rumah. Pulang dari rumah sakit shubuh kemudian sekolah.
Cuci baju sampai setrika. Ternyata mereka bisa juga ya. Alhamdulilah
Sakit ayah ini, yang ketiga. Saat aku masih kelas dua MTs,
ayah pernah kena darah tinggi juga. Dan nyaris stroke. Jalannya susah.Tapi
seiring waktu Allah mengembalikan semuanya.Kembali sehat dan beraktivitas. Sekitar tahun 2009 ayah juga pernah dirawat
selama 27 hari di RS Amelia. Kakinya terluka, entah kena sisik ular atau apa. Waktu
itu ayah tak memakai sepatu boat ke sawah, kakinya terluka dan ia tak
merasakanya. Bersamaan dengan itu kadar gula ayah meninggi. Jadilah luka itu
tak sembuh-sembuh semakin hingga bernanah. Akhirnya ayah dibawa ke RS dfan
langsung rawat inap.
Saat itulah aku tau ternyata ayahku takut jarum. Ah, aku tak
sangka ayahku begitu. Tapi mau bagaimana lagi. Pengobatan ini, mau tidak mau
harus pakai jarum. Jarum suntik lah infuslah. Kaki ayah yang nyaris membusuk
itu dioperasi untuk mengeluarkan nanah bahkan dokter pernah memberi masukan
kalau sebaiknya kaki ayah diamputasi. Alasannya, ayah yang mengidap diabetes
menyebabkan lukanya sulit mongering dan menyakitkan. Dan benar saja, ketika
ayah memutuskan untuk mempertahankan kakinya maka ayah harus menjalani
pengobatan itu selama hampir satu tahun.
Setiap hari ada mantri yang datang ke rumah untuk merawat
kaki ayah. Selama enam bulan mantri itu datang pagi sore untuk ayah. Dan enam
bulan selanjutnya dihabiskan ayah di atas kursi roda sambil sesekali belajar
berjalan. Trantanan. Dan tahun ini saat aku menyangka semua itu tak terulang
kembali, ayah kembali menjadi pasien untuk sakit yang dideritanya tujuh tahun
lalu. Darah tinggi bahkan stroke.
Stroke ayah memang masih awal. Tapi bagiku stroke ya stroke.
Ia telah membuat mulut ayah perot ke kiri dan tangan kanannya melemah. Tapi
Alhamdulillah setelah dirawat kemarin perotnya sudah tak separah awal dan
tangannya sudah mulai menemukan kekuatan. Setidaknya sudah mulai belajar makan
sendiri. Meski kadang nasinya jatuh-jatuh dan sendoknya sedikit.
Jika tidak begini, mungkin aku tak pernah menyuapi ayahku,
jika begini, mungkin aku tak pernah merasa bahwa ayahku sangat renta melebihi
yang seharusnya. Usia lima puluh empat sekarang. Belum bercucu, tapi ayahku sudah
nampak seperti mbah kakung. Adikku yang paling kecil bahkan sering memanggilnya
Mbah Nasir, saat menggodanya. Begitu pun orang lain yang tak mengenal ayah,
ketika berjalan dengan adikku Farid, selalu bilang begini
“Itu cucunya ya Pak, sudah punya berapa cucu?”
“O, ini anak saya yang terahkhir, saya belum punya cucu
Pak”,”anak pertama saya ,masih Aliyah, emang saya dulu nikahnya telat”, jawaban
yang santai
Dulu saat aku masih aliyah, mendengar seperti itu aku santai
saja. Bahkan belum sampai pikirku tentang menikah dan pernikahan.
Sebagai orang tua yang teman-temannya sudah bercucu, aku
tahu ayah dan ibuku juga menginginkannya. Mendapatkan cucu dari anak
perempuannya. Aku. Taka da yang salah
dengan keinginan itu, bahkan aku sangat mengerti. Dalam perbincangan kami
bertiga aku juga pernah mengungkapkan tentang seperti apa lelaki yang kuidamkan
menjadi suamiku. Lelaki yang menjadi
menantu paling ganteng di rumah kami, hehe
Kini dua adikku telah sepakat untuk menjaga ayah lebih baik
lagi juga menjaga ibu agar tetap sehat. Tak pernah lagi berantem layaknya anak
kecil. Kami sudah beranjak dewasa, terutama aku.
Pesan dari kakak sepupuku Mbak Yeti dan Mbak Ita
Jaga ayahmu ya Za…
Pesan dari kakak sepupuku Mbak Yeti dan Mbak Ita
Jaga ayahmu ya Za…
Siap Mbak !!!
Insyaallah semuanya akan baik-baik saja ^_^
Insyaallah semuanya akan baik-baik saja ^_^
Aku merindukan saat itu. Saat ayah memboncengku dengan
sepeda motor, menjemput sekolah, mengantarkanku ke tempat yang kumau,
mengantarkan aku terapi, menyebrangi sungai di pedalaman Tulung Agung sana. Aku
rindu ayahku yang gagah. Kini memang semuanya telah berbeda, ayahku semakin
menua, dan segala yang ada padanya perlahan diambil. Matanya merabun, tenaga
yang tak lagi kuat. Mungkin inilah jalan hidup manusia. Di usia yang semakin
bertambah maka yang ada padanya berkurang. Sunatullah..
Ayah, tak perlu khawatirkan kami. Ayah hanya perlu menjaga kesehatan. Faisal sudah bisa mengantarkan ayah kemanapun ayah mau. Farid juga begitu. Suruh saja dia. Pasti dia mau, apalagi bila naik motor. Aku? Tenang ayah, aku aman disini. Kan kujaga diriku dari nafsu dunia. Disini aku banyak orang yang menjagaku. Dan suatu hari nanti ayah, aku akan menyusul Faisal dan Farid. Aku akan belajar naik mobil seperti mimpimu. Jangan mikir macam-macam lagi, sehat dan harus sehat. Semuanya akan kembali ayah, yakinlah…Cepat sembuh ya Yah ! ^_^
Ayah, tak perlu khawatirkan kami. Ayah hanya perlu menjaga kesehatan. Faisal sudah bisa mengantarkan ayah kemanapun ayah mau. Farid juga begitu. Suruh saja dia. Pasti dia mau, apalagi bila naik motor. Aku? Tenang ayah, aku aman disini. Kan kujaga diriku dari nafsu dunia. Disini aku banyak orang yang menjagaku. Dan suatu hari nanti ayah, aku akan menyusul Faisal dan Farid. Aku akan belajar naik mobil seperti mimpimu. Jangan mikir macam-macam lagi, sehat dan harus sehat. Semuanya akan kembali ayah, yakinlah…Cepat sembuh ya Yah ! ^_^
Ini adalah mimpi kedua orang tuaku atas diriku. Insyaallah..
Bismillah..
Bismillah..
Allah, sehatkan ayah dan ibuku, hingga mereka bisa terus membersamaiku dan adikku. Melihat impian mereka terjadi padaku. Melihat aku bertoga, melihatku bersanding dengan belahan jiwaku dan mengendong penerusnya. Anak-anakku. Kabulkan Ya Allah. Amiin
semoga ayah kamu lekas sembuh ya. :)
BalasHapusAamiiinnn Ya Rabb...
HapusMaksih ya Fiscus Wannabe atas doanya, thanks juga uda baca..^_^
semoga ayah mb Rizza cepat sembuh mb..
BalasHapusAyahku juga kena darah tinggi mb di malaisya. Samalah tekanan darahnya 200. Tapi alhamdulillah sudah sembuh mb. Karena do'a dam keyakinan. Insya Allah ayah mb Rizza juga akan lekas sembuh :D
Amiin...
HapusSemoga orang tua kita sehat selalu ya =D