Musda dan
Outbond FKM-K 2012
Weekend, 04 Maret 2012
Sabtu dan Minggu ini adalah hari yang ditunggu-tunggu oleh
kami bocah-bocah Kediri. Agenda tahunan kami musyawarah daerah siap digelar.
Musyda kali ini adalah yang kedua sejak organisasi ini terbangun dari mati
surinya ditinggal pentolannya Mas Nurdyansyah. Kalau Musyda pertama di Coban
Rondo kali ini kami memilih Hutan Raya R. Soerjo Malang sebagai saksi
musyawarah kami.
Truk datang, semua sudah berkumpul ada 40 peserta yang
daftar, 2 orang angkatan 2009. Mbak Isyati dan Mas Pras. 2 orang alumni.
Selebihnya kami panitia angkatan 2010 dan adik-adik angkatan 2011. Oke
berangkat.....
Entah harus dengan bahasa apa aku katakan perasaanku sore
itu. Seneng, terharu. Semuanya kumpul jadi satu.FKM-K yang kami bangunkan dari
tidurnya setahun lalu kini akan melaksanakan musyawarah kedua. Dulu dengan
biaya patungan dan minta-minta. Kini kami sedikit lebih modal. Alhamdulillah.
Perjalanan yang sangat menyenangkan Kawan. Lebih menakjubkan
dari perjalanan kempingku sebelum-sebelumnya. Jalanan yang terus menanjak di
kanan kiri kulihat deretan pegunungan dengan kabut tipis menyelimuti, akhirnya
aku taju seperti apa pohon wortel dan kol semuanya berjajar rapi, membentuk
sengkedan yang menakjubkan, rapi sekali, hijau, adem. Ditengah perjalanan pula
segerombol ibu pemetik apel berjalan pulang, pakaiannya seadanya, kepala dan wajahnya
dibalut kain, aku biasa menyebutnya udeng-udeng. hanya matanya saja yang
terlihat. Persis seperti Aisyah. Aisyah yang kutemui sore ini bukanlah Aisyah
yang anggun dan cantik tapi aisyah yang sederhana dan apa adanya, pasrah.
Dengan keriput yang memenuhi wajah ayunya dan langkah gontai lelah. Rabb...kuatkan
mereka. Karena mereka pula aku bisa makan apel, aku bisa makan sup sayur.
Sampai ditempat tujuan. Pukul 16.00. Tenda didirikan. Ada
banyak anak pramuka disini. Dalam sekejap tenda dome dan tenda regu berdiri. Sholat
Ashar pun digelar. Sebagian di mushola sebagian lainnya sholat di samping tenda
beralas banner. Sampai maghrib menjelang kami menghabiskan waktu bercengkrama,
foto-foto gila, menikmati udara dingin yang mulai menggoda. Beberapa sudah
mengambil jaket dan kaus tangan plus kaus kaki.
“Mbak Rizza
nggak bawa jaket ya?, nggak dingin Mbak?’
“Bawa dek,
ntar aja ah....biar terbiasa dengan dingin dulu, belum saatnya, ntar malam
pasti lebih dingin lagi”
Kawan,
mungkin ini adalah kemping ternekat yang pernah kujalani. Aku hanya membawa
jaket tipis, tanpa sarung tangan, selimut. Bahkan kaus kaki kaki pun tak kubawa.
Permukaan kakiku terluka beberapa hari ini. Bila memakai kaus kaki, luka itu
akan lengket. Sakit banget saat dilepas....Rabb, forgive me yah, it’s hard
for me to close my foot. Sick...
Maghrib menyapa. Semua meninggalkan bumper menemui panggilan
Rabb-Nya. Tinggal aku, Ria dan Hana. Jangan tanyakan sebabnya, Kau pasti tau
sebelum aku bersuara ^_^. Tidak ada seorang cowok pun. Aku rebah beralas
rumput. Di atas gundukan tanah tak jauh dari tenda. Subhanallah....mataku
menangkap bulan bersinar begitu terangnya, meski tak bulat penuh, tapi
menatapnya langsung dengan posisi sepertiku sekarang ini sangat menakjubkan. Langit biru menua,
daun-daun pinus bergoyang mengikuti arah sang bayu.Digin menyusup dalam
jilbabku. Di ujung sana deretan bukit mulai terlihat gelap, masih terlihat
siluetnya. Ah....indahnya....Subhanallah ya...
Musyawarah sebagai agenda vital pun digelar di pendopo tak
jauh dari tenda. Sangat nyaman. Berbeda dengan musyawarah setahun lalu yang di
gelar di dalam tenda dengan segala keterbatasannya. Membincabng soal draft
AD/ART memang membutuhkan waktu lama. Aku rasa ritual seperti ini sangat
membosankan dan membuang waktu. Meski harus kuakui ini adalah proses yang
penting dalam tegaknya sebuah organisasi.Presidium sidang di bentuk. Sidang
malam itu dimulai dengan Mas Pras (PAI 2009) sebagai Pindang (pmpinan sidang)
Satu-persatu draft AD/ART kami kritisi. Ditengah sidang, kantukku datang. Teh
panas dan cemilan yang disuguhkan Ratna sebagai sie konsumsi tak mampu
mencegahnya. Aku sempat tertidur beberapa menit.
Angin malam mulai menggila. Dingin sekali Kami saling
merapat. Slepping bag Sadad berhasil kupinjam. Meski harus dipakai tiga orang.
Lumayanlah untuk sedikit mengusir dingin di kaki. Anjing hutan pun mulai terlihat berkeliaran di luar. Aku
takut. Jijik. Warnanya yang putih semakin menampak dalam malam gelap itu.
“Siapa yang
mau pipis”. Kata Uswah
“Ayo”, aku
menyambutnya. Sebenarnya sudah sejak tadi aku ingin previllege (istilah
dalam persidangan yang berarti izin meningglkan forum), tapi nggak da
teman, aku takut jalan ke kamar mandi sendirian di tengah malam dengan anjing
berkeliaran seperti ini. Aku dan Uswah berjalan, jujur kami takut berdua saja.
“Hooooweeeyyy
ada orang nggak disana”teriak Uswah ke arena tenda.
“Da pa Us
!!!!!, teriak Anta Sang ketupel, pasti mau ditemenin pipis”
“hahhahaa....kok
tau sich”
“Entah sudah
berapa kali aku bolak-balik ke kamar mandi”, kata Anta memelas
“Ya nggak
papa to, kamu kan baik”, kataku
Jadilah kami
nguntit di belakang Anta. Dia yang pegang senter. Udara malam ini benar-benar
dingin Kawan. Tubuhku menggigil. Kamar mandi sekitar 200 M dari bumper Tapi air
di dalam kamar mandi jauh dari perkiraanku. Sangat hangat dan nyaman. Selangkah
saja keluar dari kamar mandi, rasa hangat sudah sirna kembali dengan dingin.
“ayo kita
main sugesti, malam ini tu nggak dingin kok hangat banget’, kata Uswah di
perjalanan balik
“Iya, hangat
banget, duh kok gerah ya”, balasku. Dan kami pun tertawa.
Jam menunjukkan pukul 01.00 dini
hari. Semua peserta sidang sudah teler. Akhirnya sidang ditunda sampai pukul
05.00 pagi. Alhamdulillah....
Semua peserta mulai memasuki tenda. Tenda yang kami punya hanya satu. Untuk dua makhluk yang berbeda jenis. Tenda kecil tak cukup untuk menampung peserta laki-laki.
Semua peserta mulai memasuki tenda. Tenda yang kami punya hanya satu. Untuk dua makhluk yang berbeda jenis. Tenda kecil tak cukup untuk menampung peserta laki-laki.
“Mas masak
kami tidur satu tenda”, tanya seorang peserta kepada Anta
“Di pasang
pembatas saja”, usul yang lain
Pembatas
berhasil di pasang. Aku memutuskan untuk tidak tidur malam itu. Aku sudah kapok
tidur malam saat kemping di pegunungan. Tubuhku pasti menggigil tak karuan saat
pagi datang. “Met bobok ya Cah...”, kataku menutup tenda.
Hampir
seluruh panitia tidak tidur, kami lebih memilih duduk melingkar menyalakan api
unggun, lama seklai, api unggun baru menyala, kayu yang kami punya basah oleh
tetesan air daun. Perjuangan keras, api menyala. Kami semakin merapat, kami
butuh kehangatan.
Malam terus
merangkak, kami bercengkrama. Rifai memetik gitar, Salma dan Ndut pun mulai
bersenandung.Munif mengeluarkan bungkusan ketela. Kami mulai membakarnya. Baru
pertama kali ini dalam hidupku, aku makan ketela bakar, dengan suasana yang
pas, kebersamaan yang menyenangkan dalam dingin malam yang akut. Nikmat sekali.
Kami adalah anak yang terlahir di daerah yang sama. Kediri. Perbincangan malam
itu adalah tentang kediri. Tentang masa-masa SMA, kenakalan kami, tempat-tempat
yang pernah kami kunjungi, organisasi dan guru-guru. Kami bebas berekspresi
dengan bahasa kami tanpa ada yang bingung ataupun tertawa. Nyapo, piye, kae,kui,
cah-cah. Iyo to?. Kawan kalau kalian mendengar kata-kata itu, mungkin
mereka adalah orang kediri asli sama seperti kami.
Subhanallah semakin bertambah tua
malam itu, semakin indah, bintang mulai tampak menemani bulan yang sejak tadi
termenung sendirian menatap keceriaan kami. Indah sekali, tak ada penghalang
mataku untuk memandang dan merasakan keindahan benda langit itu, aku menyatu
dengan alam malam ini. Fa biayyi alaaai rabbikuma tukadziban Za??
Pagi. Kami mulai menjerang air. Teman-teman sudah mulai
berkumpul melanjutkan persidangan yang tertunda semalam. Aku lebih suka
bergulat dengan pisau dan teman-temannya. Kami memasak ala kadarnya. Nasi, mie
campur dan telur dadar. Makan lahap, kenyang dan gembira. Ya.. kami memang
gembira, karena setelah itu kami mendapat tuntunan outbond yang menyegarkan,
menguatkan rasa persaudaraan kami, kerjasama dan kepercayaan. Capek memang tapi
kami senang.
Satu hal yang membuatku terharu, saat kami melakukan ritual narsis kami, foto sana sini, dengan background bendera ungu, Ada seorang pengunjung pemandian air panas yang berteriak,” Wooooii Kediri...Maju terus Kediri!”. Mereka tahu kalau kami bocah Kediri. Mungkin membaca bendera ungu kami.
Satu hal yang membuatku terharu, saat kami melakukan ritual narsis kami, foto sana sini, dengan background bendera ungu, Ada seorang pengunjung pemandian air panas yang berteriak,” Wooooii Kediri...Maju terus Kediri!”. Mereka tahu kalau kami bocah Kediri. Mungkin membaca bendera ungu kami.
Last adventure, Pemandian air
panas Cangar. Tenda sudah selesai kami robohkan, semua peralatan dan
barang-barang sudah aman di atas truk. Kami meninggalkan area dan berjalan ke
area pemandian air panas. Jalanan menanjak rusak berbatu, licin, sekitar 500 meter dari bumper. Seperti
inikah pemandian itu?? Yang sering dikunjungi teman-teman mahasiswa diakhir
pekan. Kawan, 2 tahun hidup di Malang, aku menyimpan list tempat-tempat
yang membuatku penasaran. Satu tempat sudah aku centang tadi malam.
Ah....segarnya, air hangat dengan aliran yang tenang, mengepul. Satu hal lagi yang menakjubkan dimataku. Udara cangar memang sangat dingin tetapi airnya hangat dan mengepul. Subhanallah.....
Ah....segarnya, air hangat dengan aliran yang tenang, mengepul. Satu hal lagi yang menakjubkan dimataku. Udara cangar memang sangat dingin tetapi airnya hangat dan mengepul. Subhanallah.....
Kami mulai turun ke air, berbaur dengan pengunjung,
merasakan aliran air, membiarkannya memasuki celah pori menghangatkan kami.
Senyum kami pun makin lebar.
Allah aku
sangat bersyukur memiliki hari ini. Hari yang membuatku semakin percaya padaMu.
Bahwa Kau sangat luar biasa. Terima kasih Kau mudahkan urusan organisasi
FKMKku, menguatkan persaudaraan kami, memberikan kami bahagia dan semangat
baru...
Cangar
namanya pernah sangat asing dan menyeramkan ditelingaku. Tapi ternyata sangat
indah dan menyejukkan.
Cangar tak sesangar namanya
Cangar tak sesangar namanya
Midnight on ZONARIZZA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar