_Tulisan ini saya buat setahun yang lalu , tepat setelah saya menerima IP pertama, kini IP ketiga telah saya dapat..... Semoga tulisan ini dapat mencerahkan pemikiran dan memotivasi Anda_
Tahun ini adalah tahun pertama saya duduk dibangku kuliah, masih lekat diingatan saya betapa takutnya saya dengan tim yudisial, menyanyikan salam OPAK yang konyol, dan tugas2 yang tak masuk akal, selang satu bulan kemudian kejutan baru dimulai. Osjur PGMI. Bedengan yang indah dan kakak-kakah senior yang ramah berbeda 360 derajat dari sesi sebelumnya. OPAK. Tak terasa enam bulan sudah berlalu, ingin rasanya kembali ke masa itu, tapi siapa bisa memutar waktu?
Satu bulan lalu boleh jadi adalah awal dari perjuangan terakhir di semester ini. Ujian kelas PGMI, ujian PKPBA, Ujian Ma'had. Dua ujian terakhir khusus untuk mahasiswa yang masih duduk di semester pertama, sedangkan semester atas hanya satu ujian sesuai dengan jurusan mereka masing-masing. Tentu saja tak lebih ringan dari mahasiswa tingkat 1 karena meskipun hanya satu jenis ujian saya yakin mereka lebih pusing dari saya. Karena sudah pasti bobot mata kuliah mereka lebih tinggi dari saya. Bukankah semakin tinngi pohon semakin kencang angin yang menerpanya??
Akhirnya yang saya nanti-nantikan datang juga, apa itu?? IP perdana !!!! Meskipun tidak sempurna namun Alhamdulillah setidaknya saya berhasil menaklukan semester pertama saya di kampus ini. Perasaan di hati campur aduk seperti nasi uduk. Lho.... Sebuah ironi terhampar di depan mata. Satu teman saya bahagia karena IPnya mendekati sempurna, di lain pihak teman saya yang lain menangis, kecewa karena IPnya tak sesuai dengan yang di harapkan bahkan ada beberapa mata kuliah yang harus diulang. Status di beranda sayapun tak jauh beda, ada yang bahagia ada yang meluapkan kekecewaannya dengan berpuisi ria.
IP sebenarnya siapa kamu?? Mengapa kedatanganmu membuat kami tak seperti dulu, kau hadirkan senyum, tawa, tangis dan kecewa di hati para mahasiswa.....berhari- hari saya merenungkan hal ini, tak penting memang toh orang juga tahu kalau IP adalah hasil akhir semester, kenapa harus direnungkan?? menambah beban pikiran saja??? Mungkin itu yang ada dipikiran Anda saat Anda sampai pada paragraf ini.
Beginilah kira-kira hasil dari renungan saya di bumbui pengalaman hidup orang-orang terdekat saya
Indeks Prestasi atau lebih dikenal dengan IP merupakan kumpulan nilai mahasiswa selama satu semester, semacam raport bagi siswa di tingkat sekolah. Bedanya raport siswa tak hanya berisi nilai saja tetapi juga pengamatan guru sejauh mana siswa bisa mencapai kompetensi yan diharapakan ditambah pesan dan penilaian keseharian. Absensi, kerapihan, keindahan, dan kerajinan. Lengkap bukan?. Berbeda dengan raport, IP hanya tertera pada selembar kertas dengan satu nilai saja untuk setiap mata kuliah. Namun selembar kertas ini sangat berharga.
IP memang hasil akhir, tapi bukan akhir dari segalanya. Seseorang dengan IP 3,7 atau 4 bisa dikatakan orang cerdas. Tentunya orang lain yang menilai bukan diri sendiri. Apakah Anda termasuk orang-orang cerdas itu???
Jika IP Anda tak setinggi itu,,,,tolong jangan sedih....tersenyum....ayo tersenyum....karena Anda Lebih cerdas dari mereka......Kok bisa????. Percayalah !!!!
Setiap orang di dunia ini cerdas. Termasuk Anda. Seseorang akan bertambah tingkat kecerdasannya ketika dia merasa jatuh....Dia akan berdiri memompa semangat, dan berjuang lebih keras lagi. Salah satu ciri dari orang yang cerdas adalah mereka yang bangun dari terpurukan, menepis keraguan, belajar dari kegagalan dan menempa diri lebih keras untuk kesuksesan masa depan Setelah kita bersusah payah menempuh pendidikan di bangku kuliah, mengumpulkan IP demi IP, kini saatnya Anda terjun ke masyarakat, Inilah kehidupan yang sesungguhnya. Masyarakat tidak pernah peduli berapa IP Anda, mereka juga tidak melihat apakah Anda orang cerdas atau bukan. Kertas nilai itu tak ada gunanya disini.
Untuk melamar pekerjaan?? Ya saya rasa hanya satu sisi inilah yang membutuhkan IP Anda, namun toh IP bukan faktor utama yang menjadikan anda diterima atau ditolak, skill itu lebih utama dan tentunya tak luput dari faktor keberuntungan.
Untuk mencari pasangan??? Ini apa lagi, sama sekali tak masuk akal jika calon Anda membatalkan hubungan karena Anda bukan kategori orang cerdas dengan IP di atas 3,7. Atau bahkan dia tak akan pernah menanyakan berapa IP Anda.....
Bukankah Islam sudah memberi tuntunan jamaliha, nasabiha, limaliha, lidinniha. Cukup. tidak ada li IPha.
Bukankah cari istri itu harus cerdas agar keturunan kita nanti cerdas????
Ya itu benar....namun kecerdasan seseorang tak hanya dilihat dari IP saat dibangku kuliah, bagaimana dengan yang tidak mengecam bangku kuliah?? tidak adil bukan kalau IP hanya di jadikan sebagai faktor penentu kecerdasan seseorang. Jika Anda ingin tahu apakah dia wanita atau pria yang cerdas, maka amatilah bagaimana sikapnya, bagaimana akhlaknya, bagaimana cara dia bergaul dan menempatkan diri di lingkungannya.
IP bukanlah segala-galanya, masyarakat dan Islam butuh sosok laki-laki yang sholeh, yang bisa mengajak orang-orag di sekitarnya untuk memakmurkan masjid, sosok yang menjadi contoh. Masyarakat butuh wanita-wanita sholihah yang mengajak teman-temannya mengikuti majelis ilmu tak hanya sekedar duduk bersama,ngobrol dan menggosip ria, wanita sholihah yang akan melahirkan dan mendidik generasi sholih-sholihah selanjutnya
Bahkan suatu saat nanti IP Anda akan dilupakan oleh orang-orang yang mengenal Anda atau bahkan oleh Anda sendiri
Wallahu'alam bishawab
Untuk teman-teman dan sahabat-sabatku
Hey....kembalikan semangatmu
Dan tetaplah optimis dengan senyum terindah yang kau miliki
Hmm... Bagus banget ini, bisa jadi penyemangat. Makasih..
BalasHapusAlhamdulillah...
HapusSemoga bermanfaat..
Trus semangat ya..^_^
bagus mbak,,,,
BalasHapusbikin tambah semangat mbak,, :)
makasih mbak.. :-)
Alhamdulillah kalau bisa bikin kamu semangat ^_^
HapusTerima kasih sudah membaca Maria Ulfa, salam kenal dari Rizza Nasir. Terima kasih sudah bertamu di ZONARIZZA