Saya bertemu Hana sejak dua hari sebelum Ramdhan, waktu itu adik sepupu saya yang mengajak saya bertemu dengan dia. Awalnya saya merasa dia adalah perempuan dewasa yang biasa-biasa saja. Saya akui dia begitu anggun dengan jilbabnya dan ketika saya menatap wajahnya dan melihat sikapnya saya menemukan hal lain. Hana adalah sosok perempuan yang sabar, cerdas dan peduli
Saya semakin tertarik dengan dia, apa lagi yang bisa saya
pelajari dari sosok wanita satu ini? Saya begitu kaget ketika melihat dia
membuka blog pribadinya. Mengetik kalimat-kalimat yang mempesona, saya baru
tahu, ternyata Hana seorang penulis juga. Sepertinya laptop sudah menjadi
sahabatnya.
Hana adalah pribadi terbuka, pribadi peduli pada apa saja.
Ia menerima siappaun yang menginginkan nasehatnya, atau sekedar meminjam
kupingnya untuk mendengarkan saja. Siapapun itu, mulai dari anak-anak, remaja,
dewasa, dari orang lain hingga sahabat terdekatnya. Apapun yang ia alami,
apapun yang dikisahkan orang padanya, maka ia akan menuliskan di blog
pribadinya itu. Blog itu sudah seperti sahabatnya. Tempat ia menceritakan
kembali apapun yang ia hadapi dalam hidupnya. Tulisan-tulisan yang ringan,
berisi intisari hikmah dari kisah-kisah yang pernah dialami atau didengarnya. Siapapun
yang membacanya pasti mendapatkan suntikan semangat dan solusi atau paling
tidak nutrisi hati.
Ia pun terbuka bagi siapa saja yang ingin berbagi cerita
dengannya secara pribadi, meski jauh, tidak saling kenal dan tak pernah bertemu,
Hana membuka emailnya untuk menerima cerita-cerita itu. Ia pun dengan telaten
membalasnya satu persatu.
Tak ayal blognya begitu banyak dikunjungi, banyak yang
membaca tulisan-tulisan inspiratifnya, apresiasi dari tulisan itu, puluhan
komentar diterimanya di bawah posting tulisannya. Diskusi pun terbangun dari
banyaknya apresiasi itu. Luar biasa!
Hana bukan artis, ia adalah seorang ibu dari seorang putri
jelita. Tapi selayaknya seorang artis, ia pun memiliki penggemar, penggemar
blognya, tulisan-tulisannya. Puluhan orang selalu mengikuti perkembangan
tulisannya, puluhan orang menunggu kejutan inspiratif darinya. Hana, Meski ia
seorang sarjana yang cerdas, ia memilih menulis sebagai jalan hidupnya. Menulis
buku dan rutin menulis di blog fenomenal itu.
Saya sangat kagum dengan Hana, dengan keistiqomahannya untuk
berbagi, membantu sesama dan menyelesaikan duka-duka semua yang pernah
menceritakan kisahnya. Meski hanya lewat blog pribadi, Hana memberi banyak hal,
lebih dari sekedar uang. Tak ada niat pragmatis dalam usahanya menulis. Ia
hanya ingin memberi itu saja.
Setiap hari menulis di blog itu, sama saja setiap hari memberikan inspirasi. Ketika ada
satu orang membaca dan merasa nyaman dengan untaian kata-katanya, maka esok
hari, bisa dipastikan ia membukanya kembali, lambat laun ia akan menjadi
penggemar blognya, yang mengunjunginya setiap hari. Dengan ini, Hana juga
mengajarkan pada pengunjung blognya untuk membaca.
Banyak orang yang telah sibuk dengan nafkahnya dan pekerjaanya,
hingga ia lupa kapan terakhir membaca, setidaknya membaca artikel ataupun tulisan singkat
pembangun jiwa. Hana dan blognya, telah memberikan banyak hal pada saya,
tentang keistiqomahannya menulis dan memberi. Blog pribadi bukan untuk tulisan
yang bersifat pragmatis, tetapi murni memberi. Biarkan tulisan itu menjadi
sedekah intelektualnya pada sesama.
Dari Hana pula, saya
belajar tentang sabar dan telaten sebagai penulis dan pendengar cerita. Salam
kenal Mbak Hana, seandainya saya bisa membaca blog Anda dalam dunia nyata,
sayangnya blog luar biasa itu hanya sekedar rekaan cerita dalam sebuah sinetron
keluarga. Catatan Hati Seorang Istri yang tayang di RCTI setiap pukul 20.15 WIB
selama Ramadhan ini.
Sebelumnya, belum pernah saya begitu tertarik dengan sebuah
sinetron televisi. Bagi saya, sinetron yang pernah ada terlalu mengada-ada dan
sedikit nilai kehidupan yang bisa saya ambil. Jujur saja, baru kali ini saya
merasa begitu tertarik melihat sinetron. Ceritanya diambil dari buku Asma Nadia
dengan judul yang sama, saya pernah khatam membacanya dua tahun lalu dan saya
begitu tertarik dengan isinya. Saya lupa, apakah sosok Hana itu pernah
dikisahkan di buku itu, tapi setidaknya sinetron ini telah merebut hati saya,
terlebih sosok Hana dan blognya.
Saya hanya ingin belajar, bagaimana menjadi seorang wanita
yang baik,sholihah, sabar, teguh, peduli dan tegas. Dari Hana saya mendapatkan
semuanya. Saya pun belajar, bagaimana kehidupan rumah tangga dengan segala
polemiknya, bagaimana menyikapinya dan tetap menjadi kuat dalam segala cobaan
hidup. Bagimana menjadi seorang ibu yang baik bagi buah hati, dan pendamping
yang baik bagi seorang suami. Yang paling menarik bagi saya adalah Hana dan
blognya yang sangat luar biasa. Melihat Hana, saya semakin yakin, bahwa menulis adalah salah satu jalan hidup saya, dengan menulis saya belajar memeberi tanpa kehilangan, mewarnai secerah pelangi tanpa menggurui. Terima kasih Hana!
Kediri, 30 Juni 2014
Rizza Nasir
Tidak ada komentar:
Posting Komentar