Ketika kita marah pada
seseorang atau kecewa pada semua yang ada, maka kita cenderung meluapkannya
dengan kata-kata, atau tingkah yang berlebihan untuk meluapkan amarah itu. Terlebih
seorang wanita, yang notabene memiliki kebutuhan mengeluarkan kata-kata atau
suara tiga kali lipat lebih besar dari lelaki. Itulah kenapa wanita dikenal
makhluk yang cerewet.
Saat emosi memenuhi
hati, kita akan cenderrung menyakiti. Saat amarah itu meluap, kadang-kadang
kita tak bisa menahannya membanjir pada siapapun, lewat kata-kata tertulis atau
terlisan. Kebanyakan manusia memang begitu, sangat sedikit manusia yang bisa
mengelola amarahnya dengan bijak. Banyak hubungan merenggang karena amarah,
banyak hati tersakiti karena emosi.
Sekali waktu cobalah
tatap wajah orang yang kita sedang sensi dengannya.
Tatap wajahnya dan rasakan betapa dia yang kau beri marahmu adalah orang biasa.
Orang biasa yang memiliki khilaf dan cela. Marahmu padanya mungkin karena dia
tidak seperti yang kau inginkan, atau jangan-jangan marahmu padanya karena kau
tak mengerti apa yang dia maksudkan?
Sebagai manusia kita
sering salah paham. Salah memahami apa yang dipahami orang lain. Paham yang tak
sama sering membuat kita saling menoreh luka. Sekali lagi, tatap wajahnya atau
jika kau tak bertemu dengannya, tatap fotonya, atau jika kau tak punya fotonya,
hadirkan dia dalam khayalmu. Dalam pandangmu itu, lihatlah dia seutuhnya, sama
sepertimu dia juga terus belajar sebagai manusia.
Dalam tatapmu,
ingatlah, dia pernah berbuat sesuatu untukmu, dia pernah membuatmu tertawa, dia
pernah mendengarkan kau bercerita, dia pernah meluangkan waktu untuk bertemu
denganmu, dia pernah memberi apa yang kau minta, dia pernah membantumu apa yang
kau tak bisa, dia pernah mengalah padamu, dia pernah mengajarimu sesuatu, dia
pernah memberitahumu ini itu. Awalnya dia bukan siapa-siapa, tapi sejak kau
mengenalnya dia memberimu banyak hal.
Dalam tatapmu,
ingatlah, dia pernah mengandung anakmu, dia pernah mengerang kesakitan demi kau
menjadi ayah, dia pernah bangun pagi-pagi untuk membuatkanmu sarapan, dia
pernah membuatkanmu makanan kesukaan, dia pernah merapikan bajumu, dia pernah
rela menunda makan demi menunggu kau pulang, dia pernah merawat sakitmu, dia
pernah mendidik anak-anakmu dan dia pernah kau minta menjadi istrimu. Awalnya
dia bukan siap-siapa, tapi setelah kau minta dia dari ayahnya, dia rela
meninggalkan hidupnya dan impiannya, demi membersamaimu.
Dalam tatapmu,
ingatlah, dia pernah mengucap janji pada Allah untuk menjagamu, dia pernah
mengantarkanmu kemana pun kau mau, dia pernah memberimu hadiah tanpa kau minta,
dia pernah menjagamu, dia pernah melindungimu, dia pernah melawan rasa takutnya
untuk menemanimu melahirkan anakmu, dia pernah mengumandangkan adzan dan iqamah
di telinga bayimu, dia pernah bangun malam untuk menggendong anakmu, dia pernah
menjadi imam shalatmu. Awalnya dia bukan siapa-siaapa, tapi setelah kau menjadi
tanggung jawabnya, dia rela berpeluh dan berpikir keras untuk menghidupimu.
Dia, sahabatmu,
istrimu, suamimu. Dia yang sekarang kau sedang marah padanya. Sebenarnya bukan
pernah tapi selalu. Dia bukan hanya pernah baik dan berkorban untukmu tapi dia
akan selalu begitu selamanya. Jika kau marah padanya kini, ingatlah dia juga manusia
sama sepertimu. Sejenak lupakan amarahmu, ingatlah semua kebaikannya dan terus
doakan selamanya dia akan jadi orang baik.
Amarah dan luka adalah
sebab akibat dari luapan emosi yang tak terkendali. Amarahmu itu pasti
menggores luka. Tutuplah lukanya dengan kata maaf dan cobalah memperbaiki
semuanya. Bicarakan lagi, baik-baik. Pahamilah dia seperti dia memahamimu. Jika
di dunia ini selalu saling memahami dan mengasihi tentu tak akan ada lagi yang
tersakiti.
Tatap kembali lekat-lekat wajahnya, orang yang
selalu ada di hatimu, sebagai sahabat dan belahan jiwa yang dipilihkam Allah
untukmu. Ini ikatan agung, jangan biarkan terlerai karena emosi yang berderai Dia bukan malaikat, dia adalah manusia biasa, sama sepertmu.
Tataplah wajahnya,
selami kebaikan dan keikhlasannya dan berdamailah!
Rizza Nasir
Rizza Nasir
Tidak ada komentar:
Posting Komentar