Berlibur tak harus mahal. Itu yang selalu kupatrikan dalam
diriku. Bahwa tak harus keluar banyak rupiah untuk merefresh pikiran, untuk
tertawa, melepas semua penat. Sudah lama aku tak berkunjung ke perairan.
Lautan. Hari ini, aku kembali kesana. Ketempat yang pernah kujejaki tiga tahun
lalu bersama kawan aliyahku.
Pantai. Pasir putih. Sebuah pantai yang berada di selatan
Trenggalek. Pantai apapun namanya, dimanapun tempatnya. Aku menyukainya.
Menyukai pasir lebut putihnya, menyukai udaranya, suara deburan ombak, lambaian
daun kelapa. Aku suka.
Pasir Putih. Aku lebih akrab dengan nama Pantai Karangongso |
Semua yang kusuka itu semakin lengkap sat aku menghabiskannya bersama orang terkasih. Yang mengasihiku dan menyayangiku. Keluargaku. Ya. Aku bahagia hari ini. Menghabiskan hari di pantai dengan keluarga dan pemandangan yang sempurna ditambahan rintikan hujan yang nakal. Pantai dan hujan. Jangan tanya, betapa aku tergila-gila padanya.
Ombak telah mengajarkanku keberanian, ombak mengajarkanku
keikhlasan dalam kehidupan. Coba lihat betapa ombak dengan kekuatannya. Justru
tak membuat orang ciut nyali untuk menghampirinya. Tak takut untuk
merengkuhnya. Bermain bersamanya. Tantangan ombak, telah kujawab. Sudah lama aku tidak berenang dan hari ini, aku berenang disana. Bersama kakak dan
adik-adikku, ke tengah, menggerakkan kakiku. Teriak-teriak, tertawa. Ceria.
Berenang. Pernah menjadi salah satu terapiku bertahun lalu. Untuk melemaskan otot-otot kakiku. Seminngu sekali aku berkunjung ke kolam renang
kota bersama keluarga. Pagora namanya, meski aku tak benar-benar bisa. Artinya, aku
selalu pakai ban renang atau aku akan tenggelam. Ah..itu sepuluh tahun lalu.
Dan sepuluh tahun telah berlalu, merubahku menjadi gadis. Dengan keberanian
serupa ombak. Entahlah, keberanian atau kenekatan. Dalam diriku inilah adanya.
Berani nekat itu lebih tepatnya.
Saat capek berenang, biasanya aku menepi sejenak, mengambil ranting atau daham kecil. Kutuliskan beberapa
kata di pasir pantai. Namaku, harapanku, semua kata yang saat itu mampir di
otakku. Ombak selalu mempermainkanku. Menghapus tulisan-tulisanku bahkan
sebelum aku usai merangkai huruf menjadi kata. Mau bagaimana lagi. Jangan
menulis di pasir pantai, atau ia akan terhapus sesaat setelahnya dan barangkali
kau kecewa. Itu dulu saat aku kecil, tapi seiring berjalannya waktu, aku malah
tertawa saat ombak datang menghempas tubuhku dan menghapus tulisan-tulisanku.
Tiga tahun lalu, Di pasir yang sama, bersama teman aliyah |
Keikhlasan ombak yang diajarkan padaku adalah bahwa dalam
hidup ini, kita boleh berencana dan berlaku sesuka hati, tapi tetap ada
ketetapan yang menyertai dan tak bisa diganggu gugat lagi. Dan saat ketetapan
mengiringi keinginan, tak ada yang bisa kita lakukan kecuali ikhlas dan
menjalaninya dengan senyuman. Karena sebenarnya kita tak butuh lebih, kita hanya
perlu memaksimalkan apa yang sudah ada.
Dulu saat aku kecil, banyak yang melarangku bermain ombak
saat berlibur dipantai, takut aku terbawa arus, takut aku begini begitu.
Hmm..aku selalu benci larangan dan kekhawatiran. Kalau sudah begini aku akan
cemberut seharian di pantai dan menangis di kamar malam harinya. kenapa aku selalu tak boleh ?
Dan akhirnya di liburan mendatang, aku nekat mengambil ban renang dan berlari ke lautan. Aku buktikan, bahwa aku bisa dan baik-baik saja. Sampai kini tak ada lagi yang melarangku bermain dengan ombak.
Dan akhirnya di liburan mendatang, aku nekat mengambil ban renang dan berlari ke lautan. Aku buktikan, bahwa aku bisa dan baik-baik saja. Sampai kini tak ada lagi yang melarangku bermain dengan ombak.
Selalu ada resiko dalam setiap perkara bukan?. Aku paham itu.
Tapi aku harus bisa, minimal pernah mencoba hal yang membuatku
penasaran. Kalau tak sekarang kapan
lagi? Itulah yang tertanam dalam otakku yang bebal oleh kekhawatiran. Hingga
aku akrab dengan kenekatan dan tantangan dalam hidupku. Tantangan yang bahkan
banyak orang yang meragukan kemampuanku menaklukannya.
Dan ombak hari ini semakin sempurna dengan guyuran hujan
yang menderas. Menyisakan indah dimataku. Beribu titik air tercurah disana, putih dan biru membaur jadi satu,Mengguyur sempurna tubuhku dari ujung jilbab dan rokku di perairan itu. Dan aku masih disana, di tengah air laut, dengan ban renang hitam besar yang melingkariku, kurebahkan kepalaku di ban itu. Mulai memejamkan mata. Kurasakan air membasahi mata, hidung dan mulutku, kudengarkan titik-titik yang menyentuh perairan tik..tik..tik.. Rabbi, apa aku sedang bermimpi? Thanks for today Rabb ^_^
Dan deretan mimpiku semakin mengular....
Dan deretan mimpiku semakin mengular....
Hari terakhir 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar