Entah mimpi apa aku kemarin , hingga awal hari ini kubuka atas hamparan pasir. Hitam berkilat-kilat, pasir yang tak kurasakan kapan ia menyusup di celah sepatuku. Hingga menjadi pemberat langkahku. Tapi anehnya aku hanya merasa ringan.
Rizza, jadi ikut ke Bromo?
Sms dari Mbak Zie masuk ke hapeku sehari lalu. Aku bingung.
Naik gunung? Bromo? Mungkinkah aku? Aku masih bimbang. Dalam lubuk ingin sekali
aku merasakan lagi nikmatnya naik pegunungan setelah Kelud yang berhasil kusapa
setahun lalu, akankah Bromo jadi gunung kedua yang kujejaki?
Aku masih bimbang.
“Mbak, kira-kira kalau aku ikut ke Bromo bisa nggak ya?”,
tanyaku pada Mbak Uul
“Jangan Dek, Uul aja kemarin waktu Bromo nggak kuat naiknya,
tangganya curam, tanahnya pasir, berat
melangkahnya. Harus dipegangi temen laki-laki, satu di kanan satu di
kiri. Nangis di tengah-tengah. Uul takut ketinggian”
Jika aku ikut, maka jam 21.00 malam nanti aku berangkat.
Masih ada waktu tiga jam. Untukku memutuskan, ikut atau tidak. Meskipun aku
sudah mengetikkan kata ya sebagai balasan sms Mbak Zie tapi hatiku masih antara
ya dan tidak. Belum yakin sepenuhnya. Apakah aku bisa mendaki dengan kakiku.
Kelud memang sudah aku taklukan, tapi aku rasa Kelud
bukanlah gunung yang memerlukan pendakian berarti. Aku hanya harus berjalan
sekitar 20 menit dari tempat parker ke kawahnya. Kawah yang sekarang sudah
menjadi anak gunung kelud. Aku sudah biasa 20 menit mengayuh kakiku menyusuri
jalanan. Hanya jalanan bukan pendakian.
Akhirnya aku hanya bisa meringkuk di sudut kamar, berpeluk
kaki dan membenamkan wajahku,aku diam terpejam. Aku butuh waktu sendiri.
Kalo nggak sekarang kapan lagi Za? Belum tentu besok kamu
bisa kesana. Minggu kemarin ajakan rihlah ke Bromo bersama anak LDK kau tolak,
alasannya tak punya cukup uang. Pianika, kaos olahraga, KMD sudah menguras
habis tabunganmu. Sekarang masih mau alasan karena uang?
Ah kau ini, sudahlah jangan mikir masalah uang. Aku tahu kau
gadis yang irit. Aku yakin kau bisa bertahan dengan lima puluh ribu yang
tersisa jika kau ikut
Aku terus berbincang dengan diriku. Beginilah aku Kawan,
kadang aku nyaris seperti orang gila baru karena seringnya berdialog dengan
diriku sendiri
Kenapa kamu takut? Kamu nggak sendirian kan, ada Mbak Zie,
Mbak Heni, Mbak Ani,Mbak Firsty, Mbak Moly. Bukankah mereka juga ikut? So, apa
yang kau takutkan, katanya bukan gadis penakut.
Za, kalau mereka mengajakmu berarti mereka menilai kau
mampu. Dan aku tahu kau pasti mampu Za. Kamu kuat, kamu bisa lakukan apapun
kan?
Buktikan, pada semua orang juga orang lain yang memiliki
kakimu bahwa kaki istimewamu itu bisa menjejaki gunung. Buktikan Za. Ayo!!!
Oke Bismillah…
Kukirim sms pada Mbak Zie
Mbak Zie, aku ikut, nanti kumpulnya di depan UIN kan tunggu
aku ya, ini aku mau packing
Tak banyak yang kubawa, karna memang aku tak menyiapkan
apa-apa. Satu atasan beserta rok nya. Botol minuman, dompet.Itu saja.
Kini aku mulai melangkahkan kakiku keluar dari kost dan
menyusuri jalanan. Penampilanku sungguh seperti orang mau minggat malam-malam.
Memakai jaket, tas ransel dan sepatu hitam bertali lengkap dengan kaus kakinya,
rok hitam yang didalamnya sudah ku dobel celana hitam.Jaketku pun hitam, hanya
jilbabku yang masih membuatku tampak dalam malam. Sesaat kulihat satpam yang berjaga di pos
menatapku aneh. Mau kemana ni bocah
Di pinggir jalan itu sudah kulihat teman-temanku, benar kan
dugaanku, Mbak Zie, Mbak Moly, Mbak Firsty, Mbak Ani dan Mbak Heni. Dan di
seberang sana kulihat sopir sedang menyulut rokoknya.
“Masak kita cewek semua sih rek?” Mbak Zie mulai membuka
bincang
“Mahfuzh, tiba-tiba sakit. Mas Ridho kemarin uda kutolak,
aku piker kemarin sudah penuh” Mbak Firsty menimpali.
Telepon lagi aja ya. Dan Mbak Zie mulai telepon Mas Ridho
“Nggak bisa”,”Siapa lagi ya cowok kita, oia Hafidz, Fahri!!!”, teriak Mbak Zie
“Fidz, ikut ke Bromo yuk, kita cewek semua nih, Mahfuz
tiba-tiba sakit, kita bayarin deh”rayu Mbak Zie
“Friends, Hafidz nggak mau, Fahri nggak bisa besok ada
agenda di PDM katanya” kata Mbak Zie lemas
“Eh, ini Mahfuzh sms, katanya di jadi ikut sama Muchtar
juga” Mbak Moly berbinar
“Alhamdulillahhh..”
Akhirnya, kami berdelapan, dua laki dan enam perempuan
menaiki APV hitam bersiap membelah jalanan menuju Bromo. Selama perjalanan,
kami bercerita, tentang FLP,tentang mystupidteory-nya Mahfuzh, tentang Bromo
hingga akhirnya satu persatu kami tidur, memejamkan mata sejenak agar esok
lebih lebar menatap dunia berbeda.
Dalam mobil itu, aku masih berdialog dengan diriku
Serius tah Za, ini kamu perjalanan ke Bromo lho
Dan aku terbangun saat mobil terhenti. Dari dalam terlihat
beberapa pemuda berdialog dengan sopir. Awalnya aku tak mengerti apa maksudnya.
Oh, ternyata mereka menawarkan ganti kendaraan, alasannya daerah yang kami
lewati selanjutnya begitu curam sedang malam sudah sempurna
Aku begidik, apa yang terjadi nanti ya? Dari deskripsi
mereka, sepertinya serem banget. Sebesar ini taka da yang kuketahui tentang
Bromo kecuali Suku Tengger, itu pun hanya sebatas nama tanpa tahu bagaimana
mereka lebih dalam. Mungkinkah pemuda-pemuda yang menghentikan mobil tadi
pemuda Tengger ? Atau lelaki tua yang sempat melintas dengan kain lusuh
mengikat dikepalanya, menjuntai,
-sepertinya itu cara mereka mengangkut barang- adalah tetuanya? Ah…betapa
awamnya aku
Mobil sudah berada di parkiran, kata sopir kita harus
berjalan jika ingin sampai puncak, mobil sekelas APV tak kuat menembus tanah
berpasir ini. Sebelum melakukan perjalanan. Teman-temanku itu berwudhu dan
melakukan shalat malam di mushola pojok parkiran, aku yang mendapat bonus
bulanan kebagian job jadi satpam barang.
Dingin mulai menyapaku, dingin yang melebihi Batu dan Pujon
sekalipun. Padahal tadi aku sudah beli
topi rajut dan masker Dua puluh ribu harganya. Sembari menunggu, kutatap langit
malam, subhanallah ribuan gemintang menghiasi malam yang pekat, semburat putih
mencercap dari bulan yang menyabit. Aku sendiri, tapi tak kesepian karena aku
ditemani tas-tas ransel dan gemintang dan semburat cahaya bulan. Fa biayyi
Aalaaai Rabbikuma Tukadziban Za…
Jam sudah ada pada angka 2, artinya malam sudah renta. Kami
mulai melangkah menyusuri aspal setapak yang menurun tajam. Semua bergandengan
atau kalo tidak ia akan terjerembab. Jalan di tempat seperti ini butuh
keseimbangan yang bagus. Aku bertiga dengan Mbak Ani dan Mbak Firsty berjalan
bergandengan. Dan tahukah Kawan, kami rombongan pendaki nekat ini tak membawa
satu pun lampu penerang, tak sampai pikiran kami ke benda satu itu, padahal itu
yang paling penting.
Untungnya ada satu hape yang ada lampu kecil di depannya,
hanya itu. Satu kebahagian menjadi pendaki adalah ketika bertemu pendaki lain
“Mau ke atas Mbak???”
“Iya, ini rutenya bener kan?”
“Ya terus saja. Selamat mendaki”, kata segerombolan pemuda
itu berbarengan. Phuftt…rasanya semangatku seperti dilecut, api yang baru
disulut, kobar
Menurun. Curam, lalu datar. Hamparan pasir yang tak bertepi.
Dan pandanganku bertumpu pada gundukan-gundukan mahabesar. Deretan pegunungan.
Subhanallah…
Kami terus berjalan. Mbak Zie secara rutin mengabsen kam
“Rizza, Moly, Ani, masih berdelapan kan kita?”
“Ya Mbak!!!” jawab kami serempak
Mas Mahfuzh dan Muchtar, dua lelaki itu seperti perisai.
Satu di depan lalu kami berenam para wanita beriringan di tengah dan Muchtar
menjaga dari belakang. Seandainya tak
ada mereka berdua, apa jadinya perjalanan ini, pendakian enam orang wanita
setengah anak-anak. Bukan tidak mungkin tapi meragukan. Seberapa banyak dan kuat
wanita, tetap harus ada lelaki yang mendampingi.
Tak hanya aku, semuanya lelah. Kaki ini entah sudah berapa
kilo berjalan. Kami duduk-duduk sebentar, mengatur nafas, meneguk air. Alas
dudukku adalah pasir yang berpola indah dengan kilaunya yang menakjubkan. Di
atasku ada langit dan bintangnya. Bintang itu. Lebih banyak dari tadi,dan
langitnya, biru semburat putih. Belum pernah mataku menangkap langit sesempurna
itu sebelumnya. Alhamdulillah
Perjalanan kami akan usai jika sudah bertemu dengan tangga,
tangga untuk menggapai puncak Bromo. Tak ada petunjuk apapun, bahkan dengan
cahaya minim. Kami benar-benar memaksimalkan penglihatan, menangkap cahaya dari
lejauhan, barangkali itu rombongan pendaki. Karena cahaya yang minim itulah
kami berulang kali menghindar dan takut bila ada cekungan. Jangan jangan jurang
!!!
Berulang kali kami salah jalan. Menuruni bukit beroasir yang
curam, bila aku tak bisa melangkahi lubang yang lebar maka aku akan ngesot,
atau jika curam itu tak mungkin kuturuni dengan tegak maka aku duduk dan
meluncur, selayaknya anak kecil yang main perosotan. Banyak cara menaklukkan
tantangan kan? Aku nggak boleh menyerah apapun yang terjadi
Kami akhirnya bertemu dengan banyak rombongan pendaki,
bersama menyusuri jalan diselingi riuh perkenalan, berhenti sejenak untuk
menselonjorkan kaki bersandar pada lincak. Saat itulah aku dihampiri seekor
kuda. Teman-temanku Sholat Shubuh dan aku melanjutkan perjalnan dengan kuda,
Naik kuda, sebuah kesenangan yang pernah kucecapi di masa kecilku.
Shalat Jamaah Shubuh Di Tanah Bromo |
Mengikuti irama gerak kuda, menduduki kulitnya yang lembut.
Kurasakan daging dan tulangnya yang kokoh. Diatas tubuhnya kulihat semburat
kekuningan fajar shidiq di ujung sana,
Indah sekali…
Dingin juga kian merajai, hela nafas yang keluar dari
mulutku serupa mereka yang ada dalam musim salju. Berasap. Dingin.
Kulihat tangga menjulang di depan sana. Benarlah kata
temanku kemarin, 500 buah anak tangga!!! Aku menaikinya setelah teman-teman
menghampiri, sebelum naik, narsis duluuu…
Kunaiki satu-persatu anak tangga. Agak licin banyak pasir disana. Ada dua lajur dalam
tangga ini. Lajur naik dan turu, Dan…akhirnya…semua perjuanganku terbayar Kawan
!!!
Aku benar-benar berada di puncak Bromo, sebuah hal yang
semalam sempat aku sangsikan. Dan pagi ini kulihat sunrise indah disini. Tidak
ada yang tidak mungkin.
Kawan. Jika aku saja sudah menaklukan ketakutanku dan aku
mampu, mengapa kau tidak?
Jika ada keyakinan pasti bisa. Kalau tak juga yakin maka
nekatlah!, dan keyakinanmu akan muncul seiring kenekatanmu yang memuncak.
Aku sudah menembus batasku.
kujejaki Bromo hari ini, kuwujudkan satu mimpiku. Dan mimpiku masih
berderet. Aku akan terus bermimpi dan mewujudkannya. Ayo Kawan tembuslah
batasmu !!!!
Salam semangat tanpa batas dariku untukmu ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar