Allahu Akbar....Allahu Akbar....Alllahu Akbar...
La illaha illallahu Allahu Akbar....
Allahu Akbar wa Lillahi hamdu...
Akhirnya gema takbir membahana juga di desaku, sebuah desa kecil terletak di Kecamatan Plosoklaten Kabupaten Kediri, desa Jarak namanya. Setelah berbuka puasa kedua adik laki-lakiku segera berlari menuju masjid yang hanya bisa dicaai dengan beberapa langkah kaki saja. Sepertinya mereka sudah tak sabar untuk mengumandangkan takbir bersama di masjid.
"Hore....berarti besok nggak puasa lagi", kata si bungsu
"Ya iyalah, besok kan udah idul fitri, kalo puasa malah dosa", sahut si tengah
"Mau dosa mau nggak yang penting, udah nggak puasa lagi yeyeyeyeyi", si bungsu girang, sambil menyabet sarung yang sedari tadi bertengger manis di kursi makannya. Sementara aku dan ibu hanya mendengarkan percakapan dua jagoan kami dengan senyum-senyum.
Benar saja. tak kurang dari sepuluh menit kemudian si bungsu dan temannya-teman sebayanya mulai bertakbr riang dengan suara cempreng khas anak-anak, deru motor mulai terdengar riuh menghampiri masjid putih samping rumahku itu. Masjid itu mulai dipenuhi laki-laki bernacam-macam usia. Mulai dari kakek lanjut usia sampai pasukan muda belia. Terdengar lantunan takbir dari mulut-mulut itu. Mulut yang sangat rindu pada indahnya takbir malam idhul fitri.
Allahu Akbar....Allahu Akbar....Alllahu Akbar...
La illaha illallahu Allahu Akbar....
Allahu Akbar wa Lillahi hamdu...
Begitulah ritme malam idhul fitri para lelaki di desaku, berkumpul untuk bertakbir setelah sebelumnya membantu ibu atau istri mereka mengepel rumah, membersihkan kaca, jendela, atau memperbaharui warna tembok yang mulai kusam dengan cat seadanya. Lain laki-laki lain pula wanita. Kami sibuk dengan dunia kami. Mulai dari membersihkan rumah sampai membuat aneka kue lebaran. Alhasil rumah-rumah kami kinclong bombay. Semuanya berjalan seirama dan sederhana.
Mobil pick-up berjalan lambat di depan rumah kami. berisi anak-anak kecil dan para remaja dengan alat musik seadanya. Sedianya mereka akan berangkat mengikuti pawai takbir keliling, tangan-tangan itu melambai-lambai seakan mengajak kami gabung bersama mereka. hmmmm...tentu saja adikku mulai beraksi....pengen ikut....
Pada malam idhul fitri seperti hari ini, saya dan keluarga selalu mengunjungi rumah Mbah yang tinggal di Kota Kediri, silaturahmi dini sebelum idhul Fitri esok menyapa. Seerti malam takbiran tahun-tahun sebelumnya, malam ini pun jalan-jalan yang kami sususri sangat ramai, ribuan sepeda motor antri melewati aspal dua jalur yang kecil. Toko-toko baju disamping kanan dan kiri pun makin ramai saja. Sepertinya masyarakat kediri ini masih terkena sindrome baju baru saat idhul fitri. hmmm.....
Berpuluh-puluh truk besar yang mengangkut pemuda-pemuda pecinta takbir kami jumpai. Kadang mereka saling TOSS bila berpapasan, tawa ceria dan takbir tak henti-henti di sepanjang jalan. Monumen Simpang Lima Gumul pun tak kalah meriah. Gedung kebanggaan Kabupaten Kediri yang mengadosi arsitektur Paris itui bagai lautan manusia dengan lampu-lampu gemerlap di setiap sudutnya. Sementara mobil dan motor tak putus-putus melintasi kelima ruas jalan yang lebar.Sementara pria-pria jangkung dengan jaket hijau muada bertulislkan POLISI dibuat sibuk tak alang kepalang, berkali-kali berkoordinasi dengan kawannya di seberang sana. Padat merayap itulah yang kami alami kawan!. Jarak rumahku di Kabupaten Kediri dengan rumah Mbah yang terletak di daerah jalan Dhoho yang berjarak 20 km, biasanya kami tempuh selama 30 menit dengan kecepatan sedang kini molor separuh lebih!!!!
Sementara itu bunyi petasan bersahut-sahutan, menghadirkan percikan api yang indah di pelataran langit, petasan-petasan itu menjadi hiburan tersendiri ditengah-tengah gumulan manusia dengan deru motor melengking-lengking seperti malam ini. Kediriku rupanya telah diuangkat menjadi adik oleh Jakarta setiap malam takbiran. Padat merayap!!
Hari nan fiti itu tiba....
Takbir yang tak putus berkumandang di masjid sejak semalam, kini semakin riuh, bila semalam yang terdengar adalah suara bocah-bocah, di hari fitri ini, suara yang terdengar adalah suara bas nan berat, khas lelaki dewasa. Ya, di desaku, pagi hari tugas takbir menjelang sholat idhul fitri seperti berpindah pada para lelaki dewasa, sementara para remaja terlihat bercengkrama di teras masjid sambil mengumandangkan takbir lirih, di ujung sana, ada segerombolan bocah-bocah sedang berceloteh memamerkan baju barunya dan sepertinya mereka menyusun rencana, kemana mereka akan bersilaturahim hari ini.
Sholat Idhul Fitri pun usai, dan kami segera bersalam-salaman, pria dengan pria, wanita dengan wanita, meluruhkan segala dosa....
Aku segera pulang kerumah, seperti hari raya sebelumya, ular berkepala manusia telah merayap di depan rumahku. Ya...mereka adalah tetangga-tetangga yang usai menunaikan sholat ied. Rumahku terletak tepat di seberang masjid sehingga para jamaah biasanya langsung menuju kerumah untuk bersalaman, mereka antri satu persatu tak putus-putus sampai masjid benar-benar bersih dari manusia. Begitulah kebiasaan setelah sholat ied, saling bersalaman saat tiba di depan rumah tetangga kami.
Tak hanya selesai sampai disitu setelah bersalaman, kami saling berkunjung. Tamu yang mengunjungi rumahku saja belum putus hingga hari keenam lebaran ini. Pagi, siang, malam silaturahim diantara kami tiada henti.
Meski kami warga Kediri tak berlebaran bersama (30 dan 31 Agustus).....tapi rasanya toleransi dan rasa menghargai itu masih tertanam kuat di benak kami muslim Kediri. Karena perbedaan bukan halangan dan pemecah persatuan, Perbedaan adalah sebuah keindahan islam, agar kita belajar menjadi muslim yang sesungguhnya, muslim yang bersaudara.
ISLAM AGAMAKU, MUHAMMAD NABIKU
Taqoballahu Minna Wa Minkum
Minal Aidzin Wal Faidzin
Ramadhan dan Fitri selalu di hati...
Ramadhan berkata, maaf aku harus pergi...
Katakan pada seluruh muslim bahwa aku akan datang setahun lagi...
Ijinkan aku pergi....ada fitri yang jadi pengganti
Fitri itu indah seindah Ramadhan
Bila nafas Ramadhan selalu kau hembuskan dalam hari-hari Fitrimu
Happy Ied
Ini ceritaku
Mana ceritamu???
La illaha illallahu Allahu Akbar....
Allahu Akbar wa Lillahi hamdu...
Akhirnya gema takbir membahana juga di desaku, sebuah desa kecil terletak di Kecamatan Plosoklaten Kabupaten Kediri, desa Jarak namanya. Setelah berbuka puasa kedua adik laki-lakiku segera berlari menuju masjid yang hanya bisa dicaai dengan beberapa langkah kaki saja. Sepertinya mereka sudah tak sabar untuk mengumandangkan takbir bersama di masjid.
"Hore....berarti besok nggak puasa lagi", kata si bungsu
"Ya iyalah, besok kan udah idul fitri, kalo puasa malah dosa", sahut si tengah
"Mau dosa mau nggak yang penting, udah nggak puasa lagi yeyeyeyeyi", si bungsu girang, sambil menyabet sarung yang sedari tadi bertengger manis di kursi makannya. Sementara aku dan ibu hanya mendengarkan percakapan dua jagoan kami dengan senyum-senyum.
Benar saja. tak kurang dari sepuluh menit kemudian si bungsu dan temannya-teman sebayanya mulai bertakbr riang dengan suara cempreng khas anak-anak, deru motor mulai terdengar riuh menghampiri masjid putih samping rumahku itu. Masjid itu mulai dipenuhi laki-laki bernacam-macam usia. Mulai dari kakek lanjut usia sampai pasukan muda belia. Terdengar lantunan takbir dari mulut-mulut itu. Mulut yang sangat rindu pada indahnya takbir malam idhul fitri.
Allahu Akbar....Allahu Akbar....Alllahu Akbar...
La illaha illallahu Allahu Akbar....
Allahu Akbar wa Lillahi hamdu...
Begitulah ritme malam idhul fitri para lelaki di desaku, berkumpul untuk bertakbir setelah sebelumnya membantu ibu atau istri mereka mengepel rumah, membersihkan kaca, jendela, atau memperbaharui warna tembok yang mulai kusam dengan cat seadanya. Lain laki-laki lain pula wanita. Kami sibuk dengan dunia kami. Mulai dari membersihkan rumah sampai membuat aneka kue lebaran. Alhasil rumah-rumah kami kinclong bombay. Semuanya berjalan seirama dan sederhana.
Mobil pick-up berjalan lambat di depan rumah kami. berisi anak-anak kecil dan para remaja dengan alat musik seadanya. Sedianya mereka akan berangkat mengikuti pawai takbir keliling, tangan-tangan itu melambai-lambai seakan mengajak kami gabung bersama mereka. hmmmm...tentu saja adikku mulai beraksi....pengen ikut....
Pada malam idhul fitri seperti hari ini, saya dan keluarga selalu mengunjungi rumah Mbah yang tinggal di Kota Kediri, silaturahmi dini sebelum idhul Fitri esok menyapa. Seerti malam takbiran tahun-tahun sebelumnya, malam ini pun jalan-jalan yang kami sususri sangat ramai, ribuan sepeda motor antri melewati aspal dua jalur yang kecil. Toko-toko baju disamping kanan dan kiri pun makin ramai saja. Sepertinya masyarakat kediri ini masih terkena sindrome baju baru saat idhul fitri. hmmm.....
Berpuluh-puluh truk besar yang mengangkut pemuda-pemuda pecinta takbir kami jumpai. Kadang mereka saling TOSS bila berpapasan, tawa ceria dan takbir tak henti-henti di sepanjang jalan. Monumen Simpang Lima Gumul pun tak kalah meriah. Gedung kebanggaan Kabupaten Kediri yang mengadosi arsitektur Paris itui bagai lautan manusia dengan lampu-lampu gemerlap di setiap sudutnya. Sementara mobil dan motor tak putus-putus melintasi kelima ruas jalan yang lebar.Sementara pria-pria jangkung dengan jaket hijau muada bertulislkan POLISI dibuat sibuk tak alang kepalang, berkali-kali berkoordinasi dengan kawannya di seberang sana. Padat merayap itulah yang kami alami kawan!. Jarak rumahku di Kabupaten Kediri dengan rumah Mbah yang terletak di daerah jalan Dhoho yang berjarak 20 km, biasanya kami tempuh selama 30 menit dengan kecepatan sedang kini molor separuh lebih!!!!
Sementara itu bunyi petasan bersahut-sahutan, menghadirkan percikan api yang indah di pelataran langit, petasan-petasan itu menjadi hiburan tersendiri ditengah-tengah gumulan manusia dengan deru motor melengking-lengking seperti malam ini. Kediriku rupanya telah diuangkat menjadi adik oleh Jakarta setiap malam takbiran. Padat merayap!!
Hari nan fiti itu tiba....
Takbir yang tak putus berkumandang di masjid sejak semalam, kini semakin riuh, bila semalam yang terdengar adalah suara bocah-bocah, di hari fitri ini, suara yang terdengar adalah suara bas nan berat, khas lelaki dewasa. Ya, di desaku, pagi hari tugas takbir menjelang sholat idhul fitri seperti berpindah pada para lelaki dewasa, sementara para remaja terlihat bercengkrama di teras masjid sambil mengumandangkan takbir lirih, di ujung sana, ada segerombolan bocah-bocah sedang berceloteh memamerkan baju barunya dan sepertinya mereka menyusun rencana, kemana mereka akan bersilaturahim hari ini.
Sholat Idhul Fitri pun usai, dan kami segera bersalam-salaman, pria dengan pria, wanita dengan wanita, meluruhkan segala dosa....
Aku segera pulang kerumah, seperti hari raya sebelumya, ular berkepala manusia telah merayap di depan rumahku. Ya...mereka adalah tetangga-tetangga yang usai menunaikan sholat ied. Rumahku terletak tepat di seberang masjid sehingga para jamaah biasanya langsung menuju kerumah untuk bersalaman, mereka antri satu persatu tak putus-putus sampai masjid benar-benar bersih dari manusia. Begitulah kebiasaan setelah sholat ied, saling bersalaman saat tiba di depan rumah tetangga kami.
Tak hanya selesai sampai disitu setelah bersalaman, kami saling berkunjung. Tamu yang mengunjungi rumahku saja belum putus hingga hari keenam lebaran ini. Pagi, siang, malam silaturahim diantara kami tiada henti.
Meski kami warga Kediri tak berlebaran bersama (30 dan 31 Agustus).....tapi rasanya toleransi dan rasa menghargai itu masih tertanam kuat di benak kami muslim Kediri. Karena perbedaan bukan halangan dan pemecah persatuan, Perbedaan adalah sebuah keindahan islam, agar kita belajar menjadi muslim yang sesungguhnya, muslim yang bersaudara.
ISLAM AGAMAKU, MUHAMMAD NABIKU
Taqoballahu Minna Wa Minkum
Minal Aidzin Wal Faidzin
Ramadhan dan Fitri selalu di hati...
Ramadhan berkata, maaf aku harus pergi...
Katakan pada seluruh muslim bahwa aku akan datang setahun lagi...
Ijinkan aku pergi....ada fitri yang jadi pengganti
Fitri itu indah seindah Ramadhan
Bila nafas Ramadhan selalu kau hembuskan dalam hari-hari Fitrimu
Happy Ied
Ini ceritaku
Mana ceritamu???
Tidak ada komentar:
Posting Komentar