Hari Minggu kemarin saya melihat keajaiban bahasa cinta yang sesungguhnya. Ceritanya saya bersilaturahmi ke rumah sepupu di Kediri. Sepupu saya itu punya dua orang anak perempuan. Usia 3 tahun dan satu setengah bulan. Kami berdua ngobrol banyak hal. Maklumlah meskipun kami sama-sama tinggal di Malang kami tak pernah bertemu. Selain karena beliau sudah menikah, saya juga tidak punya banyak waktu untuk plesir kesana-kemari. Ditengah asyik-asyiknya ngobrol tiba-tiba kami mendengar tangisan anak pertama kakak saya. Rupanya suara kami telah mengusik tidurnya. Jadilah si kecil di titipkan ke saya sementara kakak saya mengurusi putri sulungnya, ternyata ngompol jadi harus segera mandi.
Lama saya pandangi bayi mungil itu. Subhanallah betapa Allah sangat menyayangi manusia sehingga manusia diberi kesempatan untuk merasakan atmosfer dunia, lahir, tumbuh dan kelak menjadi manusia dewasa, pelaksana khalifah di muka bumi. Saya dekatkan telapak tangan saya di samping telapak tangan si kecil. Telapak tangan saya tiga kali lipat lebih besar daripada si kecil. Dulu saya pernah seperti itu bahkan lebih kecil dari itu. Hingga waktu menuntun hidup saya hingga sebesar ini sekarang
Si kecil mulai menangis, saya pegang popoknya, kering. Berbagai cara saya coba menenangkannya, gagal. Rupanya dia tahu kalau saya bukan ibunya, tangisannya seperti berbicara bahwa dia hanya menginginkan ibunya bukan siapapun. Meskipun kita sama-sama wanita sekalipun. Atau mungkin karena saya belum pernah jadi ibu jadi aura keibuan belum keluar (tuing xixixixi) Akhirnya saya teringat list Al-Qur’an di handphone, saya putar surat Ad-Dhuha, saya dekatkan ke kuping kanannya. Ajaib, mata si kecil bergerak-gerak ke kanan seperti mencari-cari sumber suara. Sampai surat Al-A’laa si kecil mulai tenang. Dan saya melihat satu keindahan di sana, dia tersenyum. Indah sekali. Sampai di surat Ath-Thoriq, dia tersenyum lagi. Si kecil satu setengah bulan itu seperti mengerti apa maksud ayat yang di dengarnya.
Saya pindahkan handphone ke kuping kiri, matanya pun bergerak ke kiri, naluri jahil saya muncul, saya tutup handphone dengan kedua telapak tangan hingga suara ayat Al-Qur’an nnyaris tak terdengar. Si kecil mulai mencari-cari. Saya buka tangan saya. Alunan Al-Muthofifin yang terdengar. Apa yang terjadi?? Si kecil tersenyum lebih indah dari yang tadi.
Al-Qur’an dengan bahasa indahnya telah mengjadirkan keajaiban di depan saya hari itu, hingga ia telah menang dalam usaha menenangkan si kecil yang menangis. Si kecil pun seperti mengerti bahwa yang didengarnya itu adalah Kalamullah. Kalam yang lembut, indah dan menyentuh hatinya. Kalau boleh saya analogikan. Al-Qur’an bagi manusia adalah seperti ibu bagi anak-anaknya. Ibu yang menjadikan dirinya sebagai tempat berlabuh dan sumber bahagia bagi anak-anaknya, begitupun Al-Qur’an. Alunan ayat Al-Qur’an bagi si kecil seperti sentuhan lembut tangan ibunya. Al-Qur’an telah membelainya dengan penuh cinta, hingga ia terdiam dari tangisnya. Allah memang surga cinta bagi umat manusia. Dan Al-Qur’an mentransfer cinta itu bagi siapa saja yang mau membaca dan mempelajarinya.
Bahkan anak yang terbiasa mendengar Al-Qur’an baik dalam kandungan maupun saat ia terlahir maka ia akan tambah cerdas. Bicara tentang hubbul Qur’an saya teringat kata-kata yang saya baca di sebuah buku yang berjudul Smart Love, kata-kata itu kira-kira beginiI Bila kau ingin tahu sebesar apakah cinta Allah padamu, yakni sebesar apakah kau mencintai Al-Qur’an. Subhanallah. Walllaualam bishowab
Bolehkah aku bertanya......
Sudahkah Anda membaca Al-Qur’an hari ini???
Tidak ada komentar:
Posting Komentar