Di rumah ada ibuk
yang masakin. Disini? Nggak ada siapa-siapa dan kalau nggak mau bergerak ya
tetep nggak ada apa-apa. Nggak makan!
Sama seperti yang
kutuliskan tentang kenapa aku bisa hidup jauh dari ortu ya karena kata-kata ini
"Ibu nggak selamanya mendampingi kamu Nduk"
Kalau begitu masak-memasak juga kan?
"Kalau nanti kamu punya suami punya anak gimana? masak mau makan di warung, ntar cintanya sama penjaga warung lho"
Beranjak dewasa ini -apalagi sejak aku ngontrak dan punya
dapur- jadilah aku keranjingan coba ini itu. Pengen bisa-ini pengen bisa itu
Belakangan muncul mimpi baru di daftar impianku. Pengen
pinter masak. Kenapa? Siapa tahu nanti di masyarakat di butuhkan. Apalagi di
desa banyak remaja putra putri yang putus sekolah. Nah, daripada mereka
nganggur dan runtang runtung nggak jelas mending kita rekrut buat diajari bikin
kue dsb. Nanti bisa dijual untuk nambah 'sangu' mereka.Yang cewek belajar cooking yang cowok belajar marketing apalagi kalau sampai bisa jadi
paguyuban, forum atau apalah namanya. yang bisa nambah income penduduk,
mencipta lapangan kerja gitu, biar semuanya berdaya. nggak ada yang leha-leha
Bagaimana dengan menjadi guru dan menulis? Ya, itu masih akan
tetap jadi impian, bahkan nafas. Hidup.
Entah kenapa, sejak saya mulai senang dunia masak, banyak
yang memanggil saya ibu, bunda, emak, umi dsb... apakah memasak membuat saya
terlihat seperti ibu-ibu? Ataukah memang saya sudah nampak seperti ibu-ibu? Ah
entahlah...
Saya hanya merasa, untuk sekarang saya masih belum pantes di panggil
ibu, kadang-kadang sama akui saya masih kekanak-kanakan, kalau saya pulang ke
Kediri, saya masih sering ngalem, manja-manja
pada ayah dan ibu dan yang paling penting saya belum benar-benar menjadi ibu,
saya belum punya anak dan suami.
Saya anggap panggilan mereka itu sebagai doa, semoga saja
saya segera pantas menjadi ibu. Pantas menjadi ibu itu tak hanya pintar memasak
untuk anak dan suami tetapi juga siap keilmuan untuk mendidik dan mendampingi. Siapa
yang tak ingin menjadi ibu? Menjadi ibu dari anak-anak yang sholeh dan lucu,
menjadi istri dari seorang suami yang mencintai saya dan saya cintai? Sama
sepertimu, saya juga memimpikannya. Semoga semua panggilan itu menjadi doa buat
saya. Amin
Saya hanya ingin belajar menjadi anak yang sholihah untuk
kedua orang tua saya, istri yang sholihah untuk suami saya dan ibu yang sholihah
bagi anak-anak saya nanti. Saya ingin memasak dengan tangan saya sendiri
hidangan di rumah kami. Membuatkan makanan kesukaan ayah dan ibu, makanan
kesukaan suami, cemilan sehat untuk anak atau sekedar pisang goreng hangat
sebagai teman bercengkrama sore di beranda. Menikmati rintik hujan bersama.
Insyaallah
Saya termasuk orang yang percaya dengan kekuatan rasa.
Memasak, jika memasak dengan rasa cinta pasti enak jadinya, haha. Bukan gombal,
saya serius! Seperti halnya air yang menggumpal indah saat dibacakan bismillah,
ayat cinta-Nya, begitu juga masakan kita. Jika kita membuatnya dengan
cinta,ikhlas dan gembira, meskipun kita bukan koki hebat rasanya pasti nikmat,
saya sudah berkali-kali membuktikannya. Kekuatan rasa ^_^
Dedicated buat yang sering bertanya :
"Hari ini Bunda masak apa ya?"
"Rizza, masak apa nih?"
"Mbak, kok bisa sih buatnya, gimana caranya?"
"Hadeuh, kok ya sempet mbak, gimana nih?"
" Mau dong diajari"
Terima kasih sudah jadi testy yang baik, aku tahu kadang kadang kalian pasti mbatin, "kok rasanya aneh sih"
Afwan ya..
Ini sebagian kecil impianku, mohon doanya ya
Dedicated buat yang sering bertanya :
"Hari ini Bunda masak apa ya?"
"Rizza, masak apa nih?"
"Mbak, kok bisa sih buatnya, gimana caranya?"
"Hadeuh, kok ya sempet mbak, gimana nih?"
" Mau dong diajari"
Terima kasih sudah jadi testy yang baik, aku tahu kadang kadang kalian pasti mbatin, "kok rasanya aneh sih"
Afwan ya..
Ini sebagian kecil impianku, mohon doanya ya
Rizza Nasir
Tidak ada komentar:
Posting Komentar