Biar kutuliskan tanggalnya 8 dan
9 Juni 2013. Dua hari yang sangat melelahkan. Lelah yang menggembirakan.
Bagaimana bisa? Ya, bagaimana tidak gembira. Dalam dua hari itu kita telah
menjadi manusia-manusia pemikir, manusia teliti, manusia berjiwa dewasa yang
siap mempertanggungjawabkan amanahnya. Menjadi manusia yang terbuka, membuka
hati untuk menerima hujatan dan perbaikan dengan hati yang lapang dan ikhlas.
Bukankah memiliki hati yang lapang dan
ikhlas itu menggembirakan?
Ketika pertanggungjawaban mulai
ditampilkan. Banyak wajah yang tertunduk, mungkin wajah-wajah itu takut. Ada alis-alis
tertaut, mungkin dia mengikut tuannya yang menegang karena berpikir keras. Ada mata mata yang
bergerak lambat menekuri kata-kata dalam lembar keramat. Lembar yang akan
menjadi dasar tegaknya rumah ini. Lembar yang akan menguatkan jika penghuninya didera kebingungan. Hanya karena lembar inilah kita menghabiskan 12 jam hari ini untuk menekurinya, mengkulitinya. Agar tak
ada cela yang terlihat di tahun selanjutnya dan agar tak ada hati yang kecewa.
Hari ini kita seperti menulis
lembaran terakhir di sebuah diary. Dan hari ini semua orang membaca diary kita.
Diary kinerja. Semua yang ada di dunia memang harus ada tanggung jawabnya. Hari
ini apapun penilaian dunia tentang diary kita. Itulah kinerja kita. Diary kerja
yang apa adanya. Tanpa manipulasi dan fiksi. Itulah yang kita alami satu tahun
lalu.
Tak ada yang boleh menyalahkan
siapapun. Kau, aku, kita. Satu. Jika
salah itu salah kita, jika benar itu juga kita. Jika nyatanya kisah kita
setahun lalu berakhir tak bahagia. Tak apalah. Bukankah akhir dari sebuah kisah
itu hanya ada dua. Sad ending dan happy ending, kan? Mungkin kita
sudah sering mengakhiri kisah dengan bahagia. Sekali waktu kita perlu merasakan
nikmatnya kisah yag berakhir duka. Karena duka tak selalu berarti luka dan air
mata.
Instropeksi. Muhasabah diri,
itulah yang perlu kita lakukan bersama. Salah hal biasa. Karena kita manusia
bukan malaikat yang selalu patuh pada kebenaran. Manusia tempat salah dan lupa
kan? Jika kita salah mari kita cari jalan yang benar dan jika diantara kita ada
yang lupa mari saling mengingatkan. Lagipula kita juga masih belajar. Belajar
untuk menjadi penghuni yang baik. Yang hidup dan menghidupi rumah ini penuh
dedikasi.
Hari ini pula saya mengerti dan
semakin paham tentang rumah ini. Saya sudah tinggal disini hampir tiga tahun.
Rupanya masih banyak hal yang belum saya tahu tentang rumah ini. Rumah yang
dihuni oleh orang-orang yang baik, yang penuh dedikasi tanpa pamrih, tetap
berjuang meski kita kekurangan, tetap berusaha memberi yang terbaik meski kita tak
beruang.
Agar rumah ini lebih indah, lebih
nyaman ditinggalli dan tidak ada ruang kosong. Hari ini kami merenovasi
ruang-ruang yang ada menjadi ruang-ruang
baru. Atau sebenarnya ruang lama yang berganti nama. Perkenalkan, ada ruang Pengkaderan,
ruang Media dan Jaringan, ruang Keilmuan
Selayaknya api unggun yang
membutuhkan kayu baru agar apinya tetap menyala. Kami juga memilih kepala rumah
yang baru agar rumah ini menjadi gemerlap lampunya dan banyak orang yang
tertarik singgah dan tinggal di dalamnya. Regenerasi kepemimpinan dan
kepengurusan dalam sebuah rumah memang dibutukan. Agar ada pergantian
kepercayaan, merasakan perjuangan dan pembaharuan pemikiran. Biarlah pemimpin
terdahulu dan kerabat kerjanya menikmati masa tua dengan bahagia, menyelesaikan
yang belum selesai dan merancang untuk memimpin dan mengurus rumah mereka yang sesungguhnya.
Bagiku detik-detik pendeklarasian
kepala baru, detik-detik saat semua penghuni diminta menyebut satu nama adalah
detik yang paling menegangkan dalam dua hari ini. Dan subhanallah ternyata nama
yang terucap dari sebagian besar penghuni sama dengan nama yang telah
ditetapkan oleh mereka. Siapa yang sangka? Siapa yang mengerakkan lidah-lidah
itu? Siapa yang menautkakan hati hati itu hingga terpaut pada satu nama? Siapa?
Allah!
Ada campur tangan Allah dalam
diary kita hari ini, ada Allah yang menautkan hati hati kita, ada Allah yang
menuntun, ada Allah yang menguatkan. Hingga dua hari ini meskipun panjang dan
melelahkan tapi kita kita tetap kuat dan semangat. Hingga kita bisa menuliskan
di halaman terakhir diary kita tahun ini.
Rumah ini adalah organisasi yang
kukenal dengan nama Lembaga Dakwah Kampus At-Tarbiyah. Organisasi yang artinya
tidak bisa dijalankan seorang diri oleh seorang kepala. Organisasi yang butuh
jiwa-jiwa yang merasa memilikinya. Karena organisasi adalah benda mati. Kita
yang bernyawa ini yang menggerakkannya. Bagaimana hari-hari kita setahun
kedepan? Wallahu’alam
Mari belajar dari kisah yang
telah tertulis di diary kita setahun ini. Agar kita tak mengulang berjalan di
tempat yang ada sandungan dan menyebabkabkan kita terluka, agar kita tahu
bagaimana caranya melewati hari dengan bahagia pada akhirnya. Diary kita memang
telah sampai pada halaman terakhir. Besok kita beli diary baru ya.
Karena kisah di hari selanjutnya pasti lebih seru ^_^
Akhi, ukhti…selamat
beristirahat. Sambut UAS esok dengan senyuman dan semangat. Jangan nyontek lho ya
^_^
Ana mencintai antum semua karena Allah…
RIZZA NASIR
Tidak ada komentar:
Posting Komentar