Mungkin air mataku beberapa hari yang lalu adalah air mata
terakhir, seperti janjiku dulu. Aku tak
akan pernah menangis lagi. Janji itu janji yang sering kuingkari karena
kerapuhanku. Air mata malam itu aku rasa memang benar-benar air mata nelangsa
yang paling terakhir. Jalan malam-malam dari pertigaan Sardo ke rumah. Entahlah
kenapa malam itu rasanya sangat menyakitkan
Tak ada yang bisa menjemput, tak ada, semua teman rumahku
sibuk dengan tugasnya dan pasangannya. Malam itu, aku benar-benar merasa kecil,
tak ada daya, hanya air mata yang mengalir. Ditambah kabar ayah yang kembali
masuk rumah sakit. Ayahku kembali dirawat karena gula darahnya yang menurun.
Malam itu, air mataku mengandung banyak arti. Kesedihan, nelangsa, takut dan kerinduan. Kerinduan untuk pulang dan
menunggui ayahku di rumah sakit.