Selasa, 22 Januari 2013

Bukan Dokter Cinta



Bukan. Aku bukan dokter cinta, yang bisa menyembuhkan segala penyakit yang lahir karena cinta. Bahkan. Cinta itu seperti apa, aku tak tahu. Manisnya jatuh cinta yang kedengarannya berbunga-bunga. Indah. Aku hanya mendengarnya dan membayangkannya tapi belum pernah merasakan manisnya.

Begitu juga dengan sakit hati karena cinta. Sesakit itukah, pedih ya? Aku hanya bisa bertanya, mengira-ngira tanpa tahu rasa nyatanya. Ada yang bilang aku beruntung karena tak pernah tersakiti cinta. Ya. Alhamdulillah. Mendengar semua kisah sakit karena cinta. Aku hanya bisa berdoa, semoga aku tak pernah merasakannya. Amiin

Bukan, sekali lagi aku bukan dokter cinta, karena aku belum pernah jatuh cinta. Tapi aku hanya heran, kenapa ya banyak sekali teman yang meminta solusi cintanya padaku. Tak hanya satu dua teman, banyak. Sering aku bertanya pada diriku sendiri.. Apa mereka tak salah orang?

Obat yang kuberikan pada mereka hanyalah nasehat, pengertian dan penyelesaian berdasarkan kisah yang pernah kudengar dari teman lainnya. Itu saja. Karena aku hanya pendengar kisah, makanya solusi yang kuberikan adalah dari apa yang kudengar kulihat, kubaca.

“Kamu beruntung ya merasakan cinta”

Yuk Minum Susu !!


Siapa yang suka minum susu nih sobat? Ayo angkat kaki, eh angkat tangan ding. Nah tau nggak sih apa manfaat susu. Buat tulang, iya bener. Pertumbuhan, yap. Apa lagi?
Tahukah kamu, manfaat susu itu, diantaranya:
1. Susu menolong membentuk otot kamu
2. Susu menolong kamu menurunkan berat badan
3. Manfaat susu pada bunda hamil pasti amat banyak, tak hanya untuk sang bunda susu berguna untuk pembentukan janin dalam tubuh bunda.
4. Susu sapi berpotensi mempertahankan kulit tetap bersinar sebab kandungan susu : tembaga, zat besi serta vitamin A
5. Susu sapi bisa menetralisir racun dalam tubuh
6. Vitamin B2 dalam kandungan susu sapi berpotensi menambah penglihatan.
7. Kandungan seng dalam susu mampu menyembuhkan luka dengan cepat
8. Berpotensi menambah efisiensi kerja otak besar sebab kandungan seng, yodium serta lecithin yang ada dalam susu.

Tapi sayangnya aku nggak suka minum susu Za, amis, eneg. Buat kamu yang nggak suka dan anti banget sama susu sapi. Ada nih alternative susu lain yang tetap menyehatkan tapi tidak amis.


Apa itu? Ya. Susu Kedelai. Nah kemarin saya coba buat susu kedelai sendiri. Dan Alhamdulillah berhasil Sobat ^_^
Mau tau resepnya. Cekidot !!!

Jumat, 18 Januari 2013

HOMY


Bolehkah saya datang ke rumahmu? Yah sekedar bermain, melihat ornamen dan perabot yang kau punya, adakah ukiran-ukiran indah  disana, atau porselen mengkilat memenuhi meja. Rumahmu, adakah seindah istana, atau sekotak udara tempat bersandar dari lelah setelah seharian bekerja?

Bagaimana rumah impianmu? Idealnya memiliki beranda yang nyaman untuk menghirup udara pagi ditemani secangkir teh manis, halaman yang penuh bunga, ruang tamu, kamar tidur yang cukup untuk semua , ruang keluarga, mushola dapur, kamar mandi. Kalau masih ada lahan, bisa ditambah taman di belakang, ada-ada ayunan  dan kolam renang. Dihuni oleh ayah, ibu dan anak-anak yang lucu .Ah, idealkah rumah semacam itu?

Rumah. Bukan sekedar bangunan tempat berlindung dari pergantian musim, rumah tak hanya tempat untuk berkumpulnya keluarga. Rumah bagi sebagian orang juga menjadi taruhan jati diri. Seberapa sukses ia bekerja, dilihat dari seberapa besar dan bagus rumahnya. Adakah kau berpikir begitu? Saya tak menyalahkanmu, karena jawabanmu adalah buah dari pengamatan dan perjalanan pemikiran dan itu berbeda tiap orang.

Rumah bagi lelaki tua diujung sana, adalah sekotak tanah yang berdinding bambu, beratap seng yang meneteskan air kala hujan. Disitulah ia tinggal bersama dua cucunya. Berbaliklah, kau lihat pemuda itu, pemuda sederhana yang baru saja mengumandangkan adzan maghrib, baginya masjid ini rumahnya. Rumah Allah, yang berarti rumah hambanya. Bukankah begitu?

Nah, ku ajak kau menyusuri jalan ini, jalan yang berlapis semen, tujuannya agar hujan tak membuatnya melicin. Jalanan ini membelah kampong. Kampung yang dihuni tiga ratus jiwa atau mungkin lebih, aku tak sempat menanyakan ke kantor kelurahan. Di kampung ini. Semua rumahnya bersahaja, tak terlalu besar, mungkin tiap rumah hanya berisi dua kamar dengan ruang tamu kecil, dapur kecil dan kamar mandi yang juga kecil. Kecil yang dalam bahasa seharusnya adalah sempit. Anak-anak senang bermain di emperan. Berkumpul menyatu, tinggal panggil nama saja semuanya dengar, karena disini tak ada jauh yang memisahkan rerumah. Dekat, empet, sempit.

Bagi gadis yang memesan uduk itu, rumahnya adalah kamarnya, 2x3 meter yang ia angsur tiap bulan agar ia bisa tetep  tinggal, tidur, belajar, bekerja dan kuliah. Tak perlulah besar-besar. Cukup untuk berebah saja sudah Alhamdulillah, bagi mahasiswa sejenis dia, kamar kost adalah rumahnya. Rumah yang di dalamnya tak ada keluarga, hanya dia. Satu.

Rumah yang ideal mungkin berbeda bagi tiap orang, tapi rumah sejatinya adalah tempat tinggal, hanya itu, tak ada idealitas yang membersamainya kecuali itu hanyalah kesemuan dunia. Rumah adalah tempat dimana kita menemukan ruang untuk meleha dari aktifitas dunia, Terlindung dari panas dan hujan. Menyelesaikan semua tugas dan amanah, merajut kasih dan kedekatan pada keluarga dan Tuhannya.

Rumah, bagaimanapun bentuknya dan dimanapun tempatnya, adalah semua yang membuatmu nyaman, tak perlulah berkaca pada layar  yang menyajikan rumah mewah dengan harga ruah, juga tak perlu melirik rumah tetangga sebelah. Apa yang kau miliki sekarang adalah rumahmu, titipan untukmu, dijaga ya !.

Dan setelah kita berjalan-jalan pada rumah-rumah, aku hnaya berharap kau tak lupa jalan pulang ^_^

Depok, 17 Januari 2013

Rabu, 16 Januari 2013

Balada Wanita

Beberapa hari lalu saya bersama paman dan bibi serta dua anaknya singgah di sebuah rumah, baru saja kami sampai di halaman rumahnya kami disambut hangat oleh sepasang kakek nenek yang langsung menggendong cucunya. Menciuminya berulang-ulang. Si sulung dua tahun itu  dibopong kakek dan adiknya terlelap di gendong neneknya.  Ada gurat bahagia terpancar, sudah setahun cucu-cucunya tak pulang. Kali ini, rasanya tak ada alasan untuk tidak memeluknya lebih lama.

Saya sendiri baru pertama kali singgah di rumah itu, rumah besar bergaya joglo, rumah budaya di pedalaman Gunung Kidul. Saat kami sampai pukul 00.00 WIB, taka da suara lain kecuali kodok dan dua orang kakek nenek itu yang mencandai cucunya. Lepas.
“Mbah tinggal berdua saja Bulik”, tanyaku
“Iya mbak, saya kan cuma dua bersaudara semuanya perempuan . Semuanya ikut suami”
Saya hanya bisa ber-oh….

Anak perempuan, dilahirkan, dibesarkan, dididik saat ia suddah mendewasa, santun dan terdidik seorang lelaki tertarik padanya. Ia kemudian dipinang, dinikahi dan dibawa suaminya mengarungi hidup bersamanya. Perlahan meninggalkan rumahnya.

Meninggalkan ayah dan ibunya, meninggalkan adik-adiknya, meninggalkan kamar dan semua ruang yang ia diami sebelumnya. Ruang kehidupannya dari kecil hingga dewasa. Meski ada juga yang tak sepenuhnya pergi, artinya rumahnya dekat dari orang tuanya juga ada yang masih tinggal serumah dengan orang tuanya dan justru suami yang mengikuti tinggal dirumahnya. Namun kebanyakan istri mengikut suaminya. Dan memang begitulah fitrahnya.

Minggu, 13 Januari 2013

Kapan Terakhir Kamu Pulang?

"Dimana rumahmu Nak?"

Orang bilang anakku seorang aktivis . Kata mereka namanya tersohor dikampusnya sana . Orang bilang anakku seorang aktivis.Dengan segudang kesibukan yang disebutnya amanah umat . Orang bilang anakku seorang aktivis .Tapi bolehkah aku sampaikan padamu nak ? Ibu bilang engkau hanya seorang putra kecil ibu yang lugu.

Anakku,sejak mereka bilang engkau seorang aktivis ibu kembali mematut diri menjadi ibu seorang aktivis .Dengan segala kesibukkanmu,ibu berusaha mengerti betapa engkau ingin agar waktumu terisi dengan segala yang bermanfaat.Ibu sungguh mengerti itu nak, tapi apakah menghabiskan waktu dengan ibumu ini adalah sesuatu yang sia-sia nak ? Sungguh setengah dari umur ibu telah ibu habiskan untuk membesarkan dan menghabiskan waktu bersamamu nak,tanpa pernah ibu berfikir bahwa itu adalah waktu yang sia-sia.

Anakku,kita memang berada disatu atap nak,di atap yang sama saat dulu engkau bermanja dengan ibumu ini .Tapi kini dimanakah rumahmu nak?ibu tak lagi melihat jiwamu di rumah ini .Sepanjang hari ibu tunggu kehadiranmu dirumah,dengan penuh doa agar Allah senantiasa menjagamu .Larut malam engkau kembali dengan wajah kusut.Mungkin tawamu telah habis hari ini,tapi ibu berharap engkau sudi mengukir senyum untuk ibu yang begitu merindukanmu . Ah,lagi-lagi ibu terpaksa harus mengerti,bahwa engkau begitu lelah dengan segala aktivitasmu hingga tak mampu lagi tersenyum untuk ibu . Atau jangankan untuk tersenyum,sekedar untuk mengalihkan pandangan pada ibumu saja engkau engkau,katamu engkau sedang sibuk mengejar deadline. Padahal,andai kau tahu nak,ibu ingin sekali mendengar segala kegiatanmu hari ini,memastikan engkau baik-baik saja,memberi sedikit nasehat yang ibu yakin engkau pasti lebih tahu.Ibu memang bukan aktivis sekaliber engkau nak,tapi bukankah aku ini ibumu ? yang 9 bulan waktumu engkau habiskan didalam rahimku..

Anakku, ibu mendengar engkau sedang begitu sibuk nak. Nampaknya engkau begitu mengkhawatirkan nasib organisasimu,engkau mengatur segala strategi untuk mengkader anggotamu . Engkau nampak amat peduli dengan semua itu,ibu bangga padamu .Namun,sebagian hati ibu mulai bertanya nak,kapan terakhir engkau menanyakan kabar ibumu ini nak ? Apakah engkau mengkhawatirkan ibu seperti engkau mengkhawatirkan keberhasilan acaramu ? kapan terakhir engkau menanyakan keadaan adik-adikmu nak ? Apakah adik-adikmu ini tidak lebih penting dari anggota organisasimu nak ?

Anakku,ibu sungguh sedih mendengar ucapanmu.Saat engkau merasa sangat tidak produktif ketika harus menghabiskan waktu dengan keluargamu . Memang nak,menghabiskan waktu dengan keluargamu tak akan menyelesaikan tumpukan tugas yang harus kau buat,tak juga menyelesaikan berbagai amanah yang harus kau lakukan .Tapi bukankah keluargamu ini adalah tugasmu juga nak?bukankah keluargamu ini adalah amanahmu yang juga harus kau jaga nak?

Anakku,ibu mencoba membuka buku agendamu .Buku agenda sang aktivis.Jadwalmu begitu padat nak,ada rapat disana sini,ada jadwal mengkaji,ada jadwal bertemu dengan tokoh-tokoh penting.Ibu membuka lembar demi lembarnya,disana ada sekumpulan agendamu,ada sekumpulan mimpi dan harapanmu.Ibu membuka lagi lembar demi lembarnya,masih saja ibu berharap bahwa nama ibu ada disana.Ternyata memang tak ada nak,tak ada agenda untuk bersama ibumu yang renta ini.Tak ada cita-cita untuk ibumu ini . Padahal nak,andai engkau tahu sejak kau ada dirahim ibu tak ada cita dan agenda yang lebih penting untuk ibu selain cita dan agenda untukmu,putra kecilku..

Kalau boleh ibu meminjam bahasa mereka,mereka bilang engkau seorang organisatoris yang profesional.Boleh ibu bertanya nak,dimana profesionalitasmu untuk ibu ?dimana profesionalitasmu untuk keluarga ? Dimana engkau letakkan keluargamu dalam skala prioritas yang kau buat ?

Ah,waktumu terlalu mahal nak.Sampai-sampai ibu tak lagi mampu untuk membeli waktumu agar engkau bisa bersama ibu..

Setiap pertemuan pasti akan menemukan akhirnya. Pun pertemuan dengan orang tercinta,ibu,ayah,kaka dan adik . Akhirnya tak mundur sedetik tak maju sedetik .Dan hingga saat itu datang,jangan sampai yang tersisa hanyalah penyesalan.Tentang rasa cinta untuk mereka yang juga masih malu tuk diucapkan .Tentang rindu kebersamaan yang terlambat teruntai.

NDESO



Ndeso. Itulah istilah yang biasanya keluar untuk menlabel seseorang yang berasal dari desa dan merantau ke kota. Desa atau kota.Itulah asal kita, tempat dimana kita dilahirkan. Sama saja. Mungkin ada yang malu disebut ndeso.  Mengaliri tubuh pertama kali juga dari airnya. Makan juga dari hasil sbuminya.  Megenal masyarakat juga dari masyarakatnya. Kamu ndeso? Saya juga. Kita sama.

Bicara tentang pedesaan. Kita sedang bicara tentang kearifan dan keikhlasan. Mereka yang hidup dari hasil bumi, mereka yang  mengabdikan diri sebagai petani. Berpakaian sederhana, Apa adanya. Tak pernah menuntut banyak pada kehidupan, tak ada ambisi untuk kejayaan diri dan menjatuhkan, Semua adalah keluarga. Bicara dengan mereka, bicara dengan keluguan. Aksen dan logat yang khas. Yang tak dimiliki daerah lain. Tiap desa dan daerah, punya logat berbeda. Indonesia memang negara berbahasa luar biasa.

Disini rumah-rumahnya masih khas. Dengan papan-papan kayu yang disusun, kusen-kusen dan sekat-sekat kayu yang kuat. Dengan pelataran lebar dan gaya joglo. Desa yang benar-benar desa. Keluar dari pintu. Ada persawahan juga  ada kebon dengan pepohonan yang meranum buah. Airnya jangan ditanya , di daerah pegunungan begini air tak ada matinya, terus mengalir dari corong corong bamboo langsung dari sumbernya. Beda sekali dengan perkotaan yang sering sekali mati aliran airnya. Karena pasokan air PDAM yang terbatas dan untuk mengairi banyak rumah. Hemat air sangat diitekankan. Disini silahkan mandi dan bermain air sepuasnya.

Soal makan. Makanan disini sangat unik bagi saya. Tidak ada di rumah saya di Kediri sana. Di Ngawi, mari mendekat  ke tempe, Senang tempe goreng? Tempe disini dibungkus dengan daun jati diikat dengan tali sayatan daun pisang. Bila dibuka tempenya putih agak gelap tapi  rasanya benar-benar maknyuss.  Sementara di Gunung Kidul Juga ada oseng-oseng daging yang dibungkus daun jati lalu dibakar. Digarang. Dagingnya empuk sempurna dan bumbunya meresap. Lesat semurna.

Kisah tentang pedesaan memang tak ada habisnya. Sedikit saya cuplik tentang makanan dan kekhasan individunya. Saya orang ndeso Kawan, tapi rupanya ada daerah yang lebih ndeso dari rumah saya. Daerah yang asri dan lapang, berpenduduk jarang-jarang. Kaya hasil bumi,  dimiliki oleh orang-orang lugu yang arif. Dengan kesederhanaan yang menakjubkan
Katakana  ini ya….
Ndeso? Aku bangga ^_^
Ngawi –Gunung Kidul
12-13 Januari 2013