Cermin Hidup dimuat dalam atalogi kisah FLP Malang |
Aku
mengenalnya setahun lalu, kami disatukan oleh angin dan takdir, disatukan atas
nama kesamaan keadaan. Mungkin tak ada yang bisa merasakan perasaanku,kecuali
bila mereka mengalami hal yang sama sepertiku. Menjadi gadis yang berbeda dan
bertemu perbedaan yang sama di gadis lain. Aku seperti menemukan kaca
kehidupan. Kaca yang benar-benar hidup. Bila aku bertemu dengannnya, aku
seperti melihat diriku. Diriku dulu dan
kini.
Masih kuingat
dialog pertamaku dengan orang yang mengirim dia padaku. Dialog datar khas
perkenalan mahasiswa baru dan seniornya di suatu malam yang menusuk di bumi
perkemahan Bedengan dalam acara orientasi jurusan PGMI.
“Kenapa nggak ikut jelajah malam”, kata pemuda
itu padaku.
“Maaf Mas, kakiku sakit”, jawabku setengah
takut
“Sakit? Sakit apa?”
“Sudah dari lahir”, jawabku singkat
Hening. Kami terdiam beberapa lama.
“Aku juga punya teman seperti kamu”
“Maksudnya?”, aku bingung
“Cara dia berjalan seperti kamu, dia juga suka
nulis”, katanya lirih.
Malam semakin
menua, dingin semakin merasuk tulang-tulangku. Banyak mahasiswa yang pingsan.
Mas yang tak sempat kuketahui namanya itu pun membantu menolong tim kesehatan
dan dialog kami berrakhir sampai disitu. Allah benarkah di belahan dunia lain
ada gadis yang memiliki kondisi fisik sama sepertiku?. Aku penasaran. Sungguh
aku tak sedetikpun memejamkan mataku, aku penasaran.