Suatu ketika ada seorang anak
laki-laki yang bersifat pemarah. Ayahnya berusaha keras untuk membuang
sifat buruk anaknya. Suatu hari ia memanggil anaknya dan memberinya
sekantong paku. Paku? Ya, paku !
Sang anak heran. Tapi, bibir
ayahnya justru membentuk senyum bijak. Dengan suaranya yang lembut ia
berkata kepada anaknya agar memakukan sebuah paku dipagar belakang rumah
setiap kali marah. Ajaib!
Di hari pertama, sang anak menancapkan 48 paku ! Begitu juga hari kedua,
ketiga dan beberapa hari selanjutnya. Tapi, tak berlangsung lama.
Setelah itu jumlah paku yang tertancap berkurang secara bertahap. Ia
menemukan fakta bahwa lebih mudah menahan amarahnya dari pada memakukan
begitu banyak paku ke pagar.
Akhirnya, kesadaran itu membuahkan hasil.