Kamis, 26 Mei 2011

MATA HATI

cPagi ini indah sama seperti hari-hariku sebelumnya
Aku harus segera bangun karena aku harus berlomba dengan teman-temanku
Aku harus segera mandi
Karena sudah ditunggu teman-temanku di kampus

Pukul sembilan pagi aku sarapan pagi
Ada sepiring nasi dan sepotong ikan asin
Enak...asin-asin tapi gurih
Lumayanlah, kemarin aku hanya makan roti

Perkenalkan namaku Ardi
Setiap pagi aku dan kakakku pergi ke kampus
Bila kalian belajar
Maka kami cari uang

Rabu, 25 Mei 2011

Ibu, Mama, Umi, Emak = Ibu

 Saat Anda membaca judul tulisan saya ini, ada sebagian hati Anda yang berkata “Apa maksudnya?”, “Kok seprtinya translasinya dipaksakan ya” dan pertanyaan lainnya. Tenang Kawan......judul di atas bukanlah pemaksaan translasi dari Bahasa Jawa ke Indonesia namun judul di atas adalah ucapan seorang gadis kecil dengan temannya

 Beberapa hari yang lalu saat saya akan mengikuti salah satu materi kuliah di perpustakaan kampus, seperti biasa kami anak-anak pojok berjalan beriringan,rukun sekali ^-^ menuju ke perpustakaan. Tiba-tiba di tengah perjalanan kami di hibur oleh dua orang gadis kecil yang berjalan berlawanan dengan kami. Beginilah percakapan polos mereka

Gadis kecl 1 : “ Kamu panggil ibumu apa??”, tanya gadis kuncir satu itu sambil menikmati es krim coklatnya.
Gadis kecil 2 : “Mama”, jawab gadis berkuncir kuda dengan polosnya

Senin, 09 Mei 2011

Aku Juga Haus Ilmu Sepertimu



Sabtu pagi di tengah hiruk pikuk perhelatan agung seluruh civitas akademika UIN Maulana Maliki Malang kulangkahkan kaki keluar Faza dan mulai menyusuri ‘jalan cinta’. Anda yang kuliah di UIN pasti familiar dengan istilah ini. Itu lho jalan antara gedung A dan gedung B, jalan yang kulewati sudah penuh dengan mobil anggota keluarga para calon wisudawan. Sampai di ujung ‘jalan cinta’ tepatnya di depan stand souvenir MSAA, aku melihat arak-arakan calon wisudawan musyrif menaiki bak sampah kuning dengan tampilan yang mentereng. Dibalut dengan pakaian wisuda lengkap dengan toga menutupi rambut mereka diiringi sholawat tholaal badru membuat haru siapa saja yang melihatnya, terlebih bagi kami adik-adik tingkat yang masih lama waktu wisudanya.

Kembali lagi ke balada langkah kaki, rencananya hari itu aku akan mengunjugi rumah salah seorang saudaraku di daerah sawojajajr. Menaiki dua angkot yang berbeda.  Cukup sepi. Sengaja saya berangkat pagi  hari karena selain udaranya masih murni belum terlalu banyak polusi juga sepi, biar cepat sampainya. Begitu pikirku. Tapi dugaan saya salah, perjalanan lancar itu terhenti cukup lama sekitar 45 menit saat menunggu becak di pertigaan memasuki daerah Sawojajar dalam yang memang tak bisa dilalui angkot.

“Pagi mbak, becak?”, kata bapak tua itu padaku