Senin, 21 Maret 2011

Setetes Motivasi dari penulis Emak Ingin Naik Haji

Bertemu dengan seorang penulis besar merupakan impian setiap orang khususnya bagi mereka yang berkecimpung dalam dunia kata ini, begitu pula saya. Hari Minggu kemarin bertepatan dengan closing  Bhiwakarsu Islamic Expo, saya dan teman-teman bertemu dengan Asma Nadia, seorang penulis wanita yang punya banyak karya dan peduli dengan dunia pemuda. Bertemu dengannya serasa mendapat siraman semangat yang tak terkira untuk terus berkarya. Satu hal yang saya ingat dari banyak pemaparan penulis Sakinah Bersamamu  ini adalah Kita harus punya motivasi dalam segala hal . Motivasi bagi setiap orang memang penting, khususnya bagi orang-orang yang ingin terjun di dunia kepenulisan.

Selasa, 08 Maret 2011

BAHASA CINTA


                Hari Minggu kemarin saya melihat keajaiban bahasa cinta yang sesungguhnya. Ceritanya saya bersilaturahmi ke rumah sepupu di Kediri. Sepupu saya itu punya dua orang anak perempuan. Usia 3 tahun dan satu setengah bulan. Kami berdua ngobrol banyak hal. Maklumlah meskipun kami sama-sama tinggal di Malang kami tak pernah bertemu. Selain karena beliau sudah menikah, saya juga tidak punya banyak waktu untuk plesir kesana-kemari. Ditengah asyik-asyiknya ngobrol tiba-tiba kami mendengar tangisan anak pertama kakak saya. Rupanya suara kami telah mengusik tidurnya­. Jadilah si kecil di titipkan ke saya sementara kakak saya mengurusi putri sulungnya, ternyata ngompol jadi harus segera mandi.
                Lama saya pandangi bayi mungil itu. Subhanallah betapa Allah sangat menyayangi manusia sehingga manusia diberi kesempatan untuk merasakan atmosfer dunia, lahir, tumbuh dan kelak menjadi manusia dewasa, pelaksana khalifah di muka bumi.  Saya dekatkan telapak tangan saya di samping telapak tangan si kecil. Telapak tangan saya tiga kali lipat lebih besar daripada si kecil. Dulu saya pernah seperti itu bahkan lebih kecil dari itu. Hingga waktu menuntun hidup saya hingga sebesar ini sekarang

Sabtu, 05 Maret 2011

Kita bisa Jadi Siapa Saja

Minggu ini adalah minggu kedua saya menapaki semester 2 di Kampus UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, seperti awal semester sebelumnya seluruh dosen pasti akan memperkenalkan dirinya kepada mahasiswanya, kebetulan tak ada satupun dosen yang pernah mengajar saya sebelumnya. 

Seremonial perkenalan itu sebagian besar telah terjadi minggu lalu, namun ada beberapa dosen yang baru menyambangi kelas saya minggu ini. Seluruh dosen saya semester ini adalah orang asli Indonesia, makan nasi sama seperti saya, tapi ada banyak hal yang istimewa dari seremonial perkenalan sederhana itu

Dosen bisa dengan mudah memperkenalkan dirinya, keluarganya, riwayat pendidikannya, dan pengalaman hidupnya. Aku dan semua teman-temanku senang karena  kami pada sesi itu tidak dianggap sebagai mahasiswa, kami bukanlah orang yang haus ilmu darinya, tapi kami adalah temannya, sahabatnya. Baginya kami adalah sahabat yang baru datang dari sebuah pelosok desa menuju kota yang penuh cahaya.

Keterbukaan yang mereka bangun mulai mengalir......

Saya bukanlah orang pinter, bukan orang cerdas. Bapak saya petani dan ibu saya pedagang kecil. Saya senang bisa duduk di bangku sekolah, bertemu dengan teman-teman saya, tapi itu hanya berlangsung sampai tingkat SMA saja, untuk melanjutkan kuliah rasanya tidak mungkin. Saya bekerja....apa saja...hingga suatu masa dalam hidup, saya pernah tidur di jalanan selama kurang lebih delapan bulan!!!, hanya untuk mengumpulkan rupiah..hingga dua tahun kemudian saya melanjutkan kuliah dengan uang hasil keringat saya sendiri ditambah kalung ibu dan gelang adik untuk tambahan.....
Saya bertekad menjadi yang terbaik. Hingga saya menjadi nomer satu di fakultas. Beasiswa mengalir begitu saja. Kala itu saya mendapat uang saku 500.000 bersih, nominal uang yang sangat besar saat itu. Boleh di bilang saya hidup dari hasil beasiswa.Kalung dan gelang adik yang terjual bisa saya ganti dua kali lipat, dari uang beasiswa Hingga saat saya S2 saya bertemu dengan jodoh saya seorang putri dekan di salah satu univ ternama. Karena saya berasal dari desa, maka saya menyewa bis untuk mengangkut keluarga dan tetangga saya menghadiri resepsi di gedung. Hingga saya dikira orang kaya oleh tetangga saya. Padahal semua biaya itu adalah beasiswa saya
(Dosen Statistika Pendidikan di sebuah kelas kecil)

Wahai mahasiswaku, janganlah kalian takut menjadi aktivis kampus....